Satelit NASA Pamerkan Potret Pulau Paling Terpencil di Dunia, Ada di Mana?
Potret Tristan da Cunha, pulau berpenghuni paling terpencil di dunia
KOMPAS.com - Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) memamerkan gambar pulau berpenghuni yang paling terpencil di dunia, yaitu Tristan da Cunha.
Melalui akun Instagram @nasaearth, Minggu (30/6/2024), NASA menunjukkan pemandangan dari udara gugusan pulau di Samudra Atlantik Selatan yang merupakan bagian dari Wilayah Seberang Laut Britania Raya.
Badan Antariksa Amerika ini mengatakan, gambar tersebut dibidik oleh satelit Landsat 9 pada 24 Mei 2023 lalu.
"Pulau ini merupakan bagian dari gugusan pulau di Samudra Atlantik Selatan yang terletak kira-kira di tengah-tengah antara ujung selatan Amerika Selatan dan Afrika," kata NASA.
Gambar-gambar itu bukan hanya mengungkap keindahan pulau terpencil, tetapi juga dilaporkan membantu menemukan hutan dan merencanakan survei bawah air.
Pulau berpenghuni paling terpencil di dunia
Tristan da Cunha adalah pulau berpenghuni paling terpencil di dunia. Bahkan, jumlah burung laut di tempat ini dilaporkan melebihi jumlah manusia penghuninya.
Dilansir dari Express, Senin (1/7/2024), data per 28 Juni 2024 menunjukkan, Tristan de Cunha menjadi rumah bagi 239 penduduk.
Sebagian besar penduduk setempat bekerja di sektor pertanian dan perikanan, dengan usaha budidaya udang karang yang paling banyak diminati.
Pulau ini berjarak lebih dari 2.700 kilometer dari Afrika Selatan, serta 3.700 kilometer dari pantai terdekat Amerika Selatan.
Terletak di antara arus Atlantik Selatan di utara dan arus Sirkumpolar Antarktika di selatan, Tristan da Cunha menjadi pusat keanekaragaman hayati endemik, baik di darat maupun di laut.
Dikutip dari laman National Geographic, beberapa satwa liar yang ditemukan di sini meliputi hiu biru, hiu mako sirip pendek, hiu sevengill, paus sirip, paus bungkuk, paus sperma, dan paus sikat selatan.
Ada juga lumba-lumba, gajah laut, dan burung laut besar albatros, serta 200.000 penguin rockhopper, lebih dari lima juta burung puffin, dan 300.000 anjing laut berbulu sub-Antarktika.
Gugusan pulau di Tristan da Cunha
Menjadi bagian dari Wilayah Seberang Laut Inggris (British Overseas Territories), kawasan Tristan da Cunha terdiri dari gugusan pulau yang indah.
Wilayah ini terdiri dari pulau utama bernama Tristan da Cunha, serta pulau-pulau tak berpenghuni seperti Pulau Gough, Pulau Inaccessible, dan Pulau Nightingale.
Bukan hanya binatang, hutan alga raksasa di bawah air lepas pantai pun mengelilingi pulau-pulau Tristan da Cunha.
Alga dengan nama ilmiah Macrocystis pyrifera ini adalah salah satu rumput laut dengan pertumbuhan tercepat di planet Bumi.
Meski sedimen tersuspensi mungkin mengubah warna air di beberapa wilayah, tanda-tanda hutan rumput laut dengan warna hijau tampak di beberapa wilayah lepas pantai Tristan da Cunha.
NASA melalui Instagram memperlihatkan citra satelit dari tiga pulau yang tersusun dalam segitiga di sebuah lautan berwarna biru tua.
Pulau-pulau tersebut sebagian besar berwarna hijau tua. Namun, pulau utama dengan ukuran paling besar di pojok kanan atas turut dihiasi puncak berwarna putih.
Gambar lainnya menampakkan panorama pulau terpencil Tristan da Cunha dari dekat. Sekilas, pulau utama ini terlihat berbentuk lingkaran dengan bagian tepi tidak beraturan.
Queen Mary’s Peak, puncak gunung di pulau ini, tampak berwarna putih, dengan pemandangan hijau muda yang semakin menua saat mencapai dasar.
Gunung Queen Mary’s Peak merupakan titik tertinggi di Tristan da Cunha, yang menjulang hingga 2.060 meter di atas permukaan laut.
Citra satelit NASA juga menangkap Edinburgh of the Seven Seas, ibu kota kepulauan yang menjadi rumah bagi penduduk Tristan da Cunha.
Lanskap lautan biru tua yang mengelilingi pulau terbesar di Tristan da Cunha itu pun masih tertangkap oleh satelit NASA.
Tak punya bandara, hanya bisa diakses via laut
Dilansir dari The New York Times, lantaran tidak memiliki bandara, Tristan da Cunha hanya dapat diakses menggunakan kapal dengan perjalanan sekitar satu minggu dari pulau terdekat, Saint Helena.
Tercatat, dalam satu tahun, hanya ada sekitar sembilan kapal yang melakukan kunjungan ke wilayah Edinburgh of the Seven Seas.
Kawasan ini ditemukan pada 1506 oleh seorang laksamana Portugis. Hingga pada 1816, garnisun (tempat kedudukan tentara) Inggris mengambil alih komando pulau di bawah Raja George III.
Namun, saat garnisun disingkirkan, seorang kopral bernama William Glas dan rekan-rekannya memutuskan untuk tetap tinggal di Tristan da Cunha.
Mereka mulai mencari istri dari Cape Colony (sekarang bernama Afrika Selatan), serta membangun rumah dan perahu dari kayu apung yang diselamatkan.
Selain itu, mereka juga menyusun konstitusi yang menetapkan komunitas baru berdasarkan kesetaraan dan kerja sama.
Selama bertahun-tahun, penduduk pulau mengasimilasi orang yang dianggap buangan dan pembelot dari berbagai negara.
Kini, Tristan da Cunha menjadi pulau berpenghuni paling terpencil di dunia dengan pemandangan alam dan keanekaragaman hayati yang menakjubkan.