Ironis, Israel Dulu Minta Warga Gaza Pergi ke Selatan, Kini Perintahkan Evakuasi dari Sana
Orang-orang berjalan melewati bangunan yang rusak dan hancur di Khan Yunis pada 7 April 2024, setelah Israel menarik pasukan daratnya keluar dari Jalur Gaza selatan, Minggu (7/4/2024) hari ini.
GAZA, KOMPAS.com - Di awal-awal perang, Israel sempat memerintahkan warga di Gaza utara untuk pindah ke selatan.
Namun, belakangan ini Israel semakin mendesak warga yang sudah berada mengungsi di Gaza selatan untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Terbaru, Militer Israel pada Senin (1/7/2024) kembali mengeluarkan perintah evakuasi kepada warga di beberapa wilayah Khan Younis dan Rafah di Gaza selatan.
Sejak awal Mei, ratusan ribu orang telah meninggalkan Rafah menjelang dan selama serangan darat yang dilancarkan oleh pasukan Israel ke kota paling selatan di Gaza itu.
Israel tepatnya mengeluarkan peringatan evakuasi untuk penduduk di Al-Qarara, Bani Suhaila, dan kota-kota lain di dua Khan Younis dan Rafah.
Perintah evakuasi disampaikan Militer Israel melalui media sosial dan pernyataan resmi.
Peringatan itu muncul beberapa jam setelah Israel mengatakan sebanyak 20 "proyektil" ditembakkan ke Israel dari wilayah Khan Younis.
Serangan tersebut diklaim oleh sayap bersenjata kelompok Jihad Islam Palestina.
Israel senndiri telah melakukan serangan udara di Rafah pada Senin.
"Ketakutan dan kecemasan yang luar biasa telah mencengkeram orang-orang setelah perintah evakuasi," kata warga Bani Suhaila, Ahmad Najjar, dikutip dari AFP.
Ia menyebut, ada pengungsian besar-besaran terhadap warga.
PBB: tak ada tempat aman di Gaza
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut, adanya perintah evakuasi terbaru dari Israel menunjukkan sekali lagi, bahwa memang tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Ia pun menyerukan ada lebih banyak upaya untuk melindungi warga sipil di wilayah Palestina itu.
"Ini adalah pemberhentian lain dalam lingkaran pergerakan mematikan yang harus dijalani oleh penduduk Gaza secara teratur," ucap Gutteres yang disampaikan oleh juru bicaranya, Stephane Dujarric.
Sejak melancarkan serangan darat di Gaza pada 27 Oktober lalu, pasukan Israel secara progresif bergerak ke selatan di wilayah Palestina, berusaha untuk menghancurkan batalion-batalion Hamas, meskipun pertempuran telah dimulai kembali di bagian utara.
Serangan Israel dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza telah menewaskan sedikitnya 37.900 orang, sebagian besar warga sipil.