Temuan Serigala Siberia Terawetkan di Es Selama 44.000 Tahun
Serigala Siberia yang terawetkan selama 44.000 tahun di lapisan es Rusia
KOMPAS.com - Tahun 2021 yang lalu, penduduk Yakutia di Rusia timur menemukan sisa-sisa serigala di bawah lapisan es tebal.
Lapisan es itu biasanya tetap beku sepanjang tahun, namun di banyak tempat es mulai mencair seiring dengan meningkatnya suhu rata-rata global.
Sisa-sisa serigala ini terawetkan dengan baik meski berasal dari 44.000 tahun yang lalu.
Kini, setelah penemuan tersebut peneliti di North-Eastern Federal University di Yakutsk, Rusia mempelajari kembali sisa-sisa mumi serigala untuk mempelajari lebih lanjut tentang hewan tersebut.
Seperti dikutip dari Science Alert, Senin (1/7/2024) kondisi beku membantu mengawetkan predator Pleistosen itu dengan sempurna.
Gigi dan sebagian besar bulunya masih utuh, begitu pula beberapa organnya.
"Sebenarnya ini mengejutkan. Hewan tersebut satu-satunya serigala Pleistosen dewasa lengkap yang pernah ditemukan, sehingga temuan itu sungguh luar biasa dan benar-benar unik," kata Robert Losey, antropolog di Universitas Alberta yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari hewan purba yang terpelihara dengan baik ini, termasuk genetika, gaya hidup, pola makan, dan bahkan jenis bakteri dan virus purba yang dimilikinya.
“Bakteri hidup dapat bertahan selama ribuan tahun yang menjadi semacam saksi sejarah dari zaman kuno itu," papar Artemy Goncharov, peneliti di Institute of Experimental Medicine, dalam sebuah pernyataan.
Perut serigala mungkin menampung makanan terakhirnya dan masih banyak lagi.
Dan mempelajari genom hewan tersebut akan membantu pula mengungkap posisinya dalam pohon keluarga anjing.
Setelah memeriksa salah satu giginya, para ilmuwan yakin serigala tersebut adalah serigala jantan dewasa.
Hewan itu mungkin berburu di lingkungan datar dan dingin yang penuh dengan mammoth, badak berbulu, kuda, bison, dan rusa kutub.
Sisa-sisa beberapa hewan tersebut bahkan mungkin tertinggal di perut serigala.
Para peneliti mungkin juga dapat mengetahui fungsi apa yang dilakukan mikroba purba di usus serigala, dan apakah usus tersebut mengandung parasit.
Jika ada mikroorganisme yang belum diketahui ilmu pengetahuan, maka mereka bisa berperan dalam pengembangan obat-obatan di masa depan.
Penemuan ini hanyalah bagian dari kolaborasi yang lebih besar untuk mempelajari hewan purba lainnya, termasuk fosil kelinci, kuda, dan beruang.
Ketika lapisan es di dunia mencair akibat kenaikan suhu global, semakin banyak makhluk purba seperti ini yang muncul kembali.
Namun ada kekhawatiran tersendiri pula dari terungkapnya berbagai makhluk purba ini.
Pada tahun 2016, pencairan es di Semenanjung Yamal di Siberia melepaskan antraks dari bangkai rusa kutub yang pernah dibekukan, menyebabkan wabah yang menginfeksi 36 orang dan membunuh satu anak.
Para peneliti khawatir bahwa patogen lain mungkin tertidur di tundra, seiring dengan mencairnya es.
Peneliti Jean-Michel Claverie mengumumkan bahwa ia telah menghidupkan kembali virus berusia 48.000 tahun yang mereka temukan di lapisan es Siberia. Itu masih bisa menginfeksi amuba bersel tunggal.
"Kami melihat jejak dari banyak sekali virus lain. Jadi kami tahu mereka ada di sana. Kami tidak tahu pasti apakah mereka masih hidup." kata Claverie.