Ini Sosok Polisi yang Legawa Kabulkan Permintaan Anak SD Ambil Rapor,Kasatlantas Polresta Bandung
TRIBUN-MEDAN.com - Inilah sosok Kompol Galih Apria, polisi viral ambilkan rapor anak SD yang kirim surat ke polisi.
Kini, Ilham Ramadhan, bocah SD yang mengirim surat tersebut, diangkat anak oleh Kompol Galih Apria.
Kompol Galih Apria menjadi sorotan setelah memenuhi permintaan bocah SD di Bandung bernama IR yang mengirimkan surat untuk polisi.
Pasalnya, IR punya mimpi diambilkan anggota polisi di sekolah.
Namun bocah kelas 2 SD itu tak menyangka, keinginannya diwujudkan.
Perwira yang menjabat Kasatlantas Polresta Bandung langsung datang ke sekolah IR dengan ditemani beberapa personel.
Tak hanya itu, Kompol Galih juga mengangkat Ilham sebagai anak.
Tak banyak informasi tentang identitas Kompol Galih Apria.
Galih Apria merupakan putra Cianjur lulusan Akpol angkatan 2010.
SOSOK Kompol Galih Apria, Polisi Viral Ambilkan Rapor Anak SD yang Kirim Surat, Kini Diangkat Anak (Tribun Jabar)
Ia pernah bertugas di Makasar, lalu sebagai Kasat Lantas Polres Siak, Riau.
Dan kini menjabat sebagai Kasatlantas Polresta Bandung.
Temani Bocah SD Ambil Rapor
Di waktu pembagian rapor di sekolahnya, Kamis (27/6/2024), Galih beserta beberapa anggotanya, sengaja menjumpai IR di sekolahnya.
Galih menjelaskan, awalnya mengetahui sosok IR ini saat Polresta Bandung menjalankan program Goes to School, pihaknya datang di hari Senin ke sekolah-sekolah.
"Pada waktu kami datang ke sekolahnya IR di Soreang ini, ternyata salah satu wali kelasnya menyampaikan kepada kami, ada salah satu anak muridnya yang bernama IR membuat surat kepada polisi untuk dibantu ataupun ikut dalam pembagian rapornya," kata Galih, saat ditemui di kantornya, yang berada di Soreang, Jumat (28/6/2024), melansir dari TribunJabar.
Menurut Galih, IR menulis itu saat wali kelasnya meminta seluruh murid menuliskan keinginan, harapan, atau cita-citanya, yang biasa dilakukan saat akan kenaikan kelas.
"Kami menyanggupi (untuk datang mendampingi Ilham) dan betul saja pas waktu pembagian rapor Ilham anak kelas 1 SD ini sedang sendiri, yang lain ditemani oleh orang tuanya," kata Galih.
Galih mengaku, waktu itu hadir beserta personel lainnya, terus dia mendapatkan rapor dan dirinya juga mengantarkan IR ke rumahnya.
"Nilai rapornya IR, saya lihat rata-rata di atas 8, dan juga anaknya bagus komunikasinya. Seusia 6 tahun kelas satu SD, komunikasi dengan saya, dengan polisi dia tidak takut, tidak canggung, dan tidak malu juga," kata Galih.
Galih mengatakan, interaksinya juga pas ditanya rumahnya di mana, rajin atau tidak dan semuanya dia menjawab dengan baik.
"Dia bilang setiap harinya jalan kaki dari rumah ke sekolah begitu juga sebaliknya," kata Galih.
Galih mengungkapkan, ketika mengantarkan IR ke rumahnya, dirinya juga jadi terenyuh, selain mengetahui IR sudah ditinggalkan bapaknya sejak usia 4 bulan kondisi rumahnya bisa terbilang mengkhawatirkan.
"Ternyata situasi rumahnya, saya lihat butuh perbaikan gitu. Saya melihat bahwa jangankan untuk hal-hal yang sifatnya mainan apa, kayaknya untuk kehidupan, dan makan sehari-hari dari IR juga masih harus dibantu," tuturnya.
Saat itu, kata Galih, IR terlibat berpakaian lusuh kurus namun yakin IR cukup berprestasi, dengan keterbatasan ekonomi dan keluarga, ia tetap semangat untuk sekolah.
Ibunya kata Galih, bekerja sebagai buruh paruh waktu.
Memang kata Galih, IR memiliki cita-cita menjadi polisi dan itu sempat ditanyakannya.
Mungkin ia karena saat bepergian dengan orang tuanya, kerap melewati Mapolresta Bandung.
"Jadi sepengetahuan saya kalau dia lagi diajak bepergian atau jalan, oleh ibunya itu pasti melewati depan kantor polisi ini. Mungkin melihat situasi kantor, melihat anggota polisi di lapangan, sehingga dia bercita-cita jadi polisi, dan berkeinginan polisi menemaninya saat pengambilan rapor," ucapnya.
Bahkan Galih mengaku, melihat semangat dan keterbatasan Ilham, pihaknya mengintruksikan anggotanya untuk meninjau kebutuhan IR dan akan membantunya.
"Rencananya, mungkin saya akan angkat IR jadi anak asuh," katanya.
Di sisi lain, ibu IR, Kokom mengaku tak menyangka dan kaget keinginan anaknya tersebut bisa menjadi kenyataan.
Saat ditemui di rumahnya, IR terlihat sumringah, pasalnya saat ditemui, terdapat polisi yang juga menemuinya datang ke rumahnya.
Ketika ditanya bagaimana sudah ditemani polisi saat ngambil rapor, ia mengaku tidak menyangka, singkat jawab bocah yang kini naik ke kelas 2 SD ini.
Saat ditanya bagaimana rasanya diantar polisi mengambil rapor, IR tersenyum.
"Senang," kata IR sambil tersenyum, di rumahnya yang berada di Bandasari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jumat (28/6/2024), mengutip dari TribunJabar.com
Rumah IR terlihat sederhana, tak banyak perabotan rumah yang terlihat, hanya satu lemari, televisi tabung, dan satu kursi
Yang mengejutkan, untuk masuk ke rumahnya, bukan melalui pintu depan, namun melalui belakang, tepatnya kamar mandi.
Kokom mengaku sangat terkejut dan kaget saat Ilham datang bersama polisi.
"Kaget bingung, tapi bahagia karena itu merupakan keinginan Ilham," kata Kokom, yang terlihat berkaca-kaca.
Menurut Kokom, memang anaknya ini bercita-cita jadi polisi, sehingga ingin ditemani oleh polisi saat pengambilan rapor.
"Sebab IR ini, sudah ditinggalkan bapaknya sejak usia 4 bulan," kata Kokom.
Maka tiba-tiba, IR ingin ditemani Pak polisi saat mengambil rapor, dan dirinya tak bisa menemani IR saat ngambil rapor karena kerja.
Kokom mengungkapkan, IR mengetahui ayahnya masih ada itu saat usia 4 tahun.
"Pertama tahu Ayahnya masih hidup waktu di bawa main sama pihak keluarga ayahnya. Pulang-pulang di bilang ke saya, 'mamah naon gening Bapak Ilham teh teu acan maot' (mamah ternyata ayah Ilham belum meninggal)," tuturnya.
Dulu, kata dia, diberitahu kepada IR sudah tak ada karena kesal, saat Ilham bayi suaminya meninggalkan dia dan anak-anaknya.
Menurut Kokom, tulisan untuk polisi itu dibuat IR waktu belajar merapihkan tulisan di rumah dan dikumpulkan ke gurunya.
"Dia bilang pengen bikin surat buat polisi karena mau bagi rapor," tuturnya.
Kokom mengatakan, selain IR, masih ada anaknya yang lain, yaitu Seno (16) yang duduk di bangku kelas 2 SMA.
"Sebenarnya anak saya tiga, cuman yang satu sudah menikah, Livani (22). Kini biayayaeun (tinggal membiayai) dua anak, Ilham dan Seno," ujar dia.
Kokom mengaku, untuk membiayai anak-anaknya, ia berjualan jajanan anak di SD, setelah itu kerap jadi buruh paruh waktu.
"Kalau ada orang komplek yang nyuruh beres-beres atau lainnya," ujar dia.
Kokom mengucapkan rasa terimakasihnya kepada polisi, dan berharap segala cita-cita anak-anaknya bisa tergapai.
"Semoga semua ada rezekinya, sehat, dan bisa meraih apa yang dicita-citakan," ucapnya.
(*/Tribun Medan)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com