Warga Bangkalan Tangkap Biawak Jumbo di Musala seusai Santap 9 Ayam,FK3I Jatim Ungkap Penyebab
Laporan wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Dalam setahun terakhir, masyarakat perkotaan Bangkalan mulai akrab dengan keberadaan ular Phyton jenis Sanca Kembang atau Sanca Batik.
Hewan reptil berukuran besar itu kerap ditemukan di pekarangan rumah, di atas plafon, hingga nangkring di ranting pohon pinggir jalan protokol padat pemukiman warga.
Terbaru, giliran hewan reptil lainnya yakni seekor biawak berukuran sekitar 1,5 meter terjebak dalam mihrab sebuah mushola yang jauh dari kawasan perkotaan, Desa Kesek, Kecamatan Labang di dalam mihrab sebuah mushola pada Sabtu (4/5/2024).
Choirul Anam, warga setempat mengatakan bahwa di daerahnya banyak dijumpai biawak karena memang berdekatan dengan daerah aliran sungai. Namun biawak yang ditangkap memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada biawak-biawak yang biasanya lalu lalang.
“Siang itu terdengar suara, saya keluar rumah. Ternyata ada pertikaian antara biawak dengan kucing. Biawak mengejar kucing hingga keluar rumah dan kemudian memasuki mushola. Sebelumnya sekitar 9 ekor ayam milik warga hilang, mungkin dimangsa biawak itu,” singkat Choirul.
Sementara Ketua Dewan Pengarah Forum Komunikasi Kader Konservasi Koordinator (FK3I) Daerah Jawa Timur, Ihsanudin mengungkapkan, karakteristik satwa itu adalah mencari prey atau mangsa. Pemikiran sederhananya satwa itu hanya membutuhkan makan dan membutuhkan tempat nyaman untuk aktifitas liarnya serta aktifitas beregenerasi.
“Ketika biawak keluar dari habitat biasanya karena dia mencari prey yang sebetulnya itu adalah home range nya. Kenapa kok di pemukiman?, Berarti memang terjadi alih fungsi lahan yang sebelumnya adalah home range dari biawak itu,” ungkap Ihsanudin kepada Tribun Madura, Senin (6/5/2024) petang.
Ketika sudah terjadi alih fungsi lahan, lanjutnya, hewan-hewan reptil baik ular maupun biawak berpikir kawasan itu masih home range. Mereka pun kemudian berupaya beradaptasi ketika awalnya tidak pernah bertemu manusia.
“Ular maupun biawak meski tergolong predator namun tetap beradaptasi karena memang berkarakter elusif, menyamarkan dirinya serta kriptis atau menghindari kontak dengan manusia. Nah setelah home range telah beralih fungsi, maka memangsanya pun dengan cara sembunyi-sembunyi,” papar Hasanudin.
Menyikapi maraknya keberadaan hewan reptil yang mulai akrab di tengah lingkungan masyarakat, Ihsanudin menyatakan diperlukan perilaku melindungi karena hewan reptil seperti biawak itu tidak akan menyerang manusia. Bahkan malah menghindari kontak dengan manusia karena berkarakter elusif dan kriptis.
“Saya tidak berpikir terlalu ekosentris, setidaknya kita melindungi karena bagaimanapun juga dalam tanda kutip, kita juga ‘berdosa’ kan telah mengambil alih home range dia untuk dijadikan sebagai pemukiman,” tuturnya.
Ketika telah terjadi alih fungsi sebagai pemukiman, lanjutnya, sudah tentu ada produk turunan berupa aktifitas ekonomi masyarakat seperti halnya dengan memelihara ayam. Hewan ternak berupa ayam itulah yang memang menjadi mangsa bagi biawak.
“Kita melindungi satwa kita dengan memberi kandang, sebagai sign awareness bisa memanfaatkan kucing atau anjing sebagai alarm,” pungkasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com