TRIBUNNEWSMAKER.COM – Sesal dan sedih, seorang ibu terus meratapi kelalaiannya saat membawa anak bayinya naik motor.
Tangan anak bayinya putus karena terlilit kain jarik yang digunakan untuk menggendong.
Yang mana kain jarik tersebut terlalu menjuntai ke bawah lalu masuk ke bagian rantai motor.
Begini nasib bayi 10 bulan tangan kanan putus karena kelalaian orangtuanya.
Perasaan sedih tak bisa ditepis oleh Hesti, ibu asal Kabupaten Siak, Riau itu.
Hari-hari bahagia Hesti, kini berubah nestapa usai anaknya jadi korban kelalaiannya sendiri.
Kapolsek Bungaraya AKP Aspikar bersama ibu Bhayangkari saat menjenguk bayi korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami tangan kanannya putus, di Rumah Sakit Prima, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (24/11/2023). (Dok. Polsek Bungaraya.)
Adiba Hasana Putri, bayi perempuan berusia 10 bulan asal Kepenghuluan Sei Berbari, Kecamatan Pusako, Kabupaten Siak, Riau, harus kehilangan tangan kananya.
Nasib tragis ini terjadi usai kain gendongan yang digunakannya terlilit rantai sepeda motor.
Peristiwa yang dialami anak dari pasangan Irwan Syahputra dan Hesti Rahayu itu terjadi pada Senin (20/11/2023), sekitar pukul 10.15 WIB, di Jalan Sultan Syarif Kasim, Kepenghuluan Sei Berbari.
Saat itu, Hesti mengendarai sepeda motor membonceng ibunya, Nurmaini.
Sementara Adiba digendong oleh Nurmaini.
Dalam perjalanan, kain panjang gendongan terlilit di rantai sepeda motor sehingga menarik tangan korban hingga ketiganya terjatuh.
Tangan korban putus, sementara ibu dan nenek korban mengalami luka ringan.
Korban yang mengalami luka berat, kemudian dibawa ke rumah sakit di Pekanbaru.
“Penyebab kecelakaan lalu lintas tunggal ini karena kurangnya hati-hati penumpang sepeda motor yang tidak memperhatikan kain panjang gendongan bayi menjulur ke bawah, sehingga terlilit gear sepeda motor,” kata Kapolsek Bungaraya AKP Aspikar lewat pesan WhatsApp, Sabtu (25/11/2023).
Ilustrasi: Nasib Bayi 10 Bulan Tangan Kanan Putus Karena Jarik Gendongan Terlilit Rantai Motor, Ortu Menyesal (Istimewa)
Tak pernah terpikirkan oleh Hesti, nasib malang ini akan menimpa sang anak di usia yang masih balita.
Penyesalan pun tak bisa mengembalikan keadaan menjadi lebih baik.
Meski begitu, Hesti lega saat ini kondisi anaknya mulai pulih.
Kondisi bayi tersebut saat ini sudah berangsur membaik dan masih dalam perawatan di Rumah Sakit Prima di Kota Pekanbaru.
Aspikar mengatakan, pihaknya telah mendatangi keluarga Hesti untuk memberikan bantuan.
Bayinya Lahir Tanpa Lengan, Seorang Ibu Akui Kesalahan Penyebab Anaknya Cacat, ‘Aku dan Suamiku’
Jauh dari lubuk hati wanita ini, bahwa dia selalu merasa bersalah saat memandang anaknya yang cacat.
Bayinya lahir tanpa kedua lengan seperti anak-anak normal lainnya.
Rupanya ada rahasia yang dipendam wanita itu sehingga sang buah hati tak memiliki lengan normal.
Seorang ibu mengakui bahwa dia merasa ‘bersalah’ setelah putranya lahir tanpa lengan, karena kondisi genetik yang mendasarinya.
Sebagaimana yang diungkap di metro.co.uk, Lindi Martin (40) melahirkan putranya, Hutt, tahun lalu dengan suaminya Shane Martin (48).
Meskipun para orang tua sangat gembira menyambut anak ketiga mereka bersama, mereka terkejut saat mengetahui bahwa lengan bayi mereka belum berkembang seperti normal.
Kondisi langka yang dialami Hutt hanya menyerang satu dari 250.000 anak. (Jam Press/@happilyextraordinaryh)
Hutt didiagnosis menderita sindrom trombositopenia absen radius (TAR).
Yakni suatu kondisi yang sangat langka yang hanya menyerang satu dari 250.000 anak dan menyebabkan masalah pada sumsum tulang serta pertumbuhan anggota tubuh.
Akibatnya, Hutt terlahir tanpa tulang lengan sama sekali, dengan tangan di pundak.
Dia juga menderita kaki pengkor bilateral, yang sedang dalam proses koreksi oleh ahli bedah.
Selain itu, Hutt alergi terhadap protein susu dan kedelai, yang dapat menyebabkan pendarahan saluran cerna.
“Mengetahui bayi kami secara medis rumit sungguh menakutkan,” Lindi, seorang ibu rumah tangga dari Denver, Colorado.
“Tetapi kami tahu kami akan mencintai bayi ini dan memberikan segala yang kami bisa untuk memberinya kehidupan yang bahagia dan sukses.”
Lindi dan Shane semakin syok ketika mengetahui bahwa kondisi Hutt bersifat keturunan.
Ibu Lindi mengatakan dia hidup dengan rasa bersalah (Jam Press/@happilyextraordinaryh)
Hal ini disebabkan oleh kedua orang tuanya yang kehilangan sebagian kecil kromosom tertentu.
“Kalau saja hanya salah satu dari kita yang kehilangan bagian itu, dia tidak akan menderita sindrom ini,” kata Lindi.
Dia memiliki tiga anak sebelum Hutt, dan sampai saat itu, tidak satu pun yang mengetahui hal ini.
“Saya merasa sangat bersalah karena sayalah penyebab dia mengalami kondisi ini, perjuangannya, kehidupan yang sulit ini,” tambahnya.
Lindi juga mengatakan dia sering merasa terpukul dengan perlakuan orang lain terhadap anaknya.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, para orang tua bertekad untuk memberikan putra mereka semua alat, sumber daya, dan bantuan yang dia perlukan untuk menjalani kehidupan normal.
Artikel diolah dari kompas.com
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII