Topik Pilihan Admin Kompasiana
Topik Pilihan Admin Kompasiana
Investasi Valas
Setiap orang berhak menentukan pilihan hidup masing masing
Dan tidak seorangpun berhak ikut campur dalam urusan pribadi orang lain.
Termasuk untuk memilih cara mengivestasi uang yang dikumpul dari hasil kerja keras selama bertahun tahun.
Ada yang sekedar ingin tahu tentang Valas, tapi tidak terpikirkan untuk melakukan investasi Valas
Kebanyakan orang, membahas tentang kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Dan boleh jadi memprediksi kenaikan harga barang barang import.
Tetapi disaat nilai tukar dollar terhadap rupiah melemah, orang merasa senang bercampur rasa bangga,bahwa nilai rupiah menguat terhadap dollar.
Lalu terhenti hingga disini. Amat jarang yang termotivasi untuk membeli dollar, sewaktu nilai tukar terhadap rupiah anjlok.
Memanfaatkan Peluang
Sebagai orang yang pernah selama belasan tahun profesi sebagai Pengusaha, kami melihat melemahnya nilai tukar dollar terhadap rupiah, sebagai sebuah peluang untuk meraup cuan.
Berbeda dengan kami,setiap keuntungan dari perusahaan kami simpan dalam valas. Suatu ketika kami selesai export kopi dan mendapatkan keuntungan yang memadai Kami beli valas dalam Australian dollar,untuk investasi kami. Seingat saya pada waktu itu nilai tukar Australian dollar terhadap rupiah Rp. 3.600.00
Ternyata dalam waktu singkat, bergerak naik. Dan dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun, nilai tukar terhadap rupiah menjadi Rp. 6. 900.00. Dan belakangan mencapai Rp.10.000 .-persatu Australian dollar.
Mengingat kalau kami simpan di saving atau deposito , hanya sebatas untuk safety semata mata. Kalau mengharapkan rate dari bank sangat minim.
Mengapa kami memilih dolar Australia?Karena pada waktu itu putra pertama kami sudah mengurus visa nya untuk ke Australia. Jadi kami pikir sebaiknya kami menyimpan dalam dolar Australia.
Puji syukur kepada Tuhan, nilai dolar Australia naik sampai 2x lipat,jadi kami ikut merasakan nikmatnya mendapatkan cuan secara fantastis
Sehingga sewaktu kami memutuskan untuk pension , hati kami berdua sudah mantap. Apalagi setiap bulan ada uang belanja dari anak anak kami.
Kesimpulan:
Pesan moral yang ingin disampaikan lewat tulisan ini adalah:” Daripada menjadi penonton ,yang hanya sebatas memberikan komentar diluar lapangan, kalau memungkinkan kita Ikut jadi Pemain, mengapa tidak?”
Kita boleh menulis tentang pengalamannya hidup pribadi, yang mungkin ada manfaatnya bagi orang lain. Tetapi tentu saja setiap orang berhak menilai sesuai sudut pandang pribadi masing masing. Yang penting apa yang ditulis adalah pengalaman hidup pribadi dan ada manfaatnya bagi orang lain.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini
6 Mei 2024.
Salam saya,
Roselina.