Sosok Fhio Bocah Penjual Makaroni Kelililing yang Sempat Viral Meninggal Dunia,Tabrak Tiang Listrik
TRIBUNJABAR.ID – Sosok penjual makaroni keliling yang sempat viral di Pontianak, Kalimantan Barat, bernama Fhio (13) meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan maut pada Minggu (5/5/2024).
Fhio sempat viral karena videonya berjualan makaroni sambil berkeliling di malam hari, beberapa waktu lalu.
Adapun, Fhio meninggal dunia setelah mengendarai sepeda motor berbonceng tiga, bersama temannya J (15) dan M (13).
Saat itu, J menjadi pengendara sepeda motornya.
Kasat Lantas Polresta Pontianak AKP Radian Andy Pratomo menjelaskan, ketiganya datang dari arah pusat kota menuju arah Sungai Jawi.
Lalu, setibanya di lokasi, mereka mendahului sepeda motor yang tidak diketahui identitasnya.
“Sesaat mendahului itu para korban hilang kendali, sepeda motor melebar ke kiri lalu menabrak tiang listrik yang berada di pinggir jalan,” ujar Radian, dikutip dari TribunPontianak, Senin (6/6/2024).
Seketika itu, sepeda motor tersebut terpental ke arah tengah jalan dan mengenai sepeda motor lain yang dikendarai oleh seorang anak berinsial MN (15).
Akibat kecelakaan itu, J selaku pengemudi motor mengalami luka serius, lalu dua orang lainnya termasuk Fhio meninggal dunia.
Lantas, seperti apakah sosok Fhio?
Detik-detik Fhito Bony Fhio korban kecelakaan di Jalan Putri Dara Hitam, dimasukan kedalam sebuah mobil ambulance saat menuju ke pemakaman di Pemakaman Umum wilayah Sungai Bangkong Pontianak, Senin (6/5/2024). (TribunPontianak.com/Ferryanto)
Suka Berusaha dan Punya Semangat Tinggi
Dilansir dari TribunPontianak, bocah penjual martabak keliling ini memiliki nama lengkap Fhito Bony Fhio.
Kakak korban, Febby menjelaskan, keseharian Fhio sama seperti anak-anak seusianya.
Namun, menurut Febby, Fhio memiliki semangat yang tinggi untuk usaha.
“Dia seperti anak kecil pada umumnya. Main, sekolah, tapi dia punya semangat yang tinggi untuk usaha untuk jualan,” katanya, Senin (6/5/2024).
Febby menjelaskan, keinginan Fhio untuk berjualan ini tidak datang dari paksaan pihak keluarga.
Sejak kecil, kata Febby, Fhio memang sudah suka berjualan.
Sejumlah guru SDN 03 Pontianak mendatangi rumah korban untuk melayat, di Jalan Meranti, Gang Meranti 10, Kota Pontianak, Senin 6 Mei 2024. (TribunPontianak.com/Ferlianus Tedi Yahya)
“Dia memang punya basic tutur katanya omongannya bagus. Kami orang tua tak pernah memaksa, bahkan kami selalu ingatkan jangan ada minta-minta,” tegasnya.
Sementara itu, ibu Fhio, Erniwati mengungkapkan sempat bertemu anaknya sekira pukul 8 malam dan mengajaknya untuk segera pulang.
“Sate suruh balek tu bang pas ketemu. Saya sampai bilang kalau jam 9 dak balek saye susul ye. Die dak maok pas saye suruh balek. Jadi nunggukan dia lah tu sampai jam setengah 10,” ungkapnya.
Bahkan, sang ibu juga mengatakan korban merupakan sosok yang tak pernah mengeluh dan merupakan sosok yang baik, rajin bahkan periang.
Setelah disalatkan, Fhio dimakamkan di pemakaman umum di Sungai Bangkong, Pontianak.
Baik dan Santun
Kepala Sekolah SDN 03 Pontianak, Suhadaniah mengungkapkan, Fhio memiliki kepribadian yang begitu baik selama bersekolah.
“Secara personal beliau ini anak yang baik, santun, penurut juga terhadap apa yang disampaikan oleh bapak/ibu gurunya,” katanya, dikutip dari TribunPontianak, Senin (6/5/2024).
Belakangan ini, kata Suhadaniah, Fhio kerap datang terlambat ke sekolah karena berjualan.
“Memang keadaan beliau ini kan kita tau, membantu keluarganya lah,” kata Suhadaniah.
“Mungkin awal-awalnya dia sedikit tidak senang juga ya berjualan, tapi belakangan dengan dia merasakan dapat uang dari pekerjaannya, jadi dia senang,” ungkapnya.
Dengan ini, pihak sekolah juga mau tidak mau harus memahami keadaan korban yang selalu berjualan di malam hari.
“Saya juga sempat menyampaikan kepada orang tuanya untuk sedikit mengurangi kegiatannya saat berjualan, karena dia juga kan masih pelajar di sekolah,” tutur Suhadaniah.
“Tapi kalau secara kepribadian anaknya ya itu tadi santun, baik dengan teman-temannya,” tambahnya.
Suhadaniah menyebut, korban merupakan murid mutasi dari luar Kalimantan Barat sejak masuk kelas 3 SD dan memiliki kepribadian yang sopan.
“Kalau permasalahan lain tidak ada, hanya sering telat saja, ya kami memahami itu,” ujarnya.
“Karena memang kendalanya mungkin kurang tidur atau faktor capek dan sebagainya, tapi kalau kita panggil dan ingatkan selalu sopan, ya namanya juga anak-anak,” pungkasnya.
(Tribunjabar.id/Rheina) (TribunPontianak.com/Ferlianus Tedi Yahya, Ferryanto)
Baca berita Tribunjabar.id lainnya di Google News.
#BeritaViral