Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati
Kolase foto 4 Presiden (kiri ke kanan) Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo, Prabowo Subianto
JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat politik Dedi Kurnia Syah berpandangan bahwa presidential club yang digagas presiden terpilih, Prabowo Subianto, tidak akan efektif jika memang salah satunya bertujuan menyatukan mantan presiden yang berseteru.
Dedi mengambil contoh bagaimana presidential club itu bakal gagal jika ditujukan untuk menyatukan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Sekarang Jokowi masuk daftar tokoh yang mungkin tidak akan disapa Megawati,” kata Dedi kepada Kompas.com, Minggu (5/5/2024).
Sekadar informasi, hubungan Megawati dan Jokowi dikabarkan merenggang pada Pilpres 2024. Kedua tokoh tersebut dinilai berseberangan saat memberikan dukungan dalam kontestasi politik nasional itu.
Dedi menilai, Megawati memiliki catatan yang konsisten soal membangun hubungan baik dengan presiden lainnya.
Ia mencontohkan bagaimana hubungan harmonis dibangun Megawati dengan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Namun hal berbeda ditunjukkan Megawati dalam hubungannya dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Upaya menyatukan (Megawati dan Jokowi) bisa saja dilakukan, tetapi sepertinya tidak berhasil, Megawati punya catatan konsisten dalam membangun hubungan, ia dengan Gus Dur dan ia dengan SBY sebagai contoh,” jelasnya.
Oleh karena itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini menilai, sebagai upaya atau gagasan, presidential club bisa saja berjalan, tetapi tidak berhasil dilakukan.
Menurutnya, presidential club hanya sebatas cangkang kosong dan tidak menghasilkan aktivitas apa pun.
“Satu sisi tidak mungkin Prabowo didikte oleh presiden terdahulu, sisi lain akan tumpang tindih dengan Wantimpres, atau bahkan dengan KSP,” ujar Dedi.
“Presidential Club hanya akan jadi gimmick politik Prabowo,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menilai Presidential Club pada dasarnya tidak diperlukan, dan terkesan mengada-ada jika dipaksakan.
Sebab, menurutnya Presiden sudah memiliki kabinet yang siap memberikan sumbangan besar untuk pembangunan.
Di lain sisi juga ada dewan pertimbangan presiden atau Wantimpres.
“Justru saat ini, diperlukan tata kelola pemerintahan yang subtansial, ringkas dan jauh dari rencana akomodasi politis,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Prabowo disebut ingin mendudukkan para mantan presiden dalam satu meja dalam presidential club. Hal itu disampaikan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Jokowi pun menyambut positif keinginan Prabowo itu. Ia juga menyarankan agar pertemuan antarmantan presiden bisa dilakukan dua hari sekali.