Santri dan Ulama Ancam Robohkan Patung Dewi Kencana di Bogor,Mengorek Luka Lama Pajajaran Majapahit
TRIBUNBEKASI.COM, BOGOR – Patung Dewi Kencana di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, menuai polemik hingga memantik kemarahan para santri dan ulama.
Patung di kawasan Pakis Hills, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, ini dinilai tidak sesuai kearifan lokal.
Dewi Kencana dinilai sebagai Ratu Majapahit. Sedangkan wilayah Bogor adalah bagian dari kerajaan Pajajaran.
Patung Dewi Kencana dinilai mengorek luka lama yang menimbulkan perang Bubat antara Pajajaran dan Majapahit.
Polemik Patung Dewi Kencana semakin memanas. Santri dan ulama bahkan mengancam turun langsung, merobohkan patung setinggi 12 meter tersebut.
Penolakan ini terus bergaung di kalangan warga Bogor hingga para santri dan ulama. Pihak pemerintah daerah sampai ikut bertindak.
“Ada ancama dari sebagian santri menginginkan patung ini dibongkar,” kata Kepala Desa Tugu Selatan Eko Windiana, seperti dikutip dari Tribun Bogor
Eko menegaskan pihak desa dan ulama menolak keras Patung Dewi Kencana di Puncak Bogor.
“Kami bersama ulama Puncak Bogor dan warga Tugu Selatan menolak patung ini,” katanya.
Eko didukung oleh para santri dan ulama yang memboikot keberadaan Patung Dewi Kencana tersebut.
Demi mencegah konflik yang tak diinginkan atas penolakan tersebut, Eko Windiana mengaku sudah berkirim surat pada pihak Pakis Hills.
“Kami ingin mencegah konflik,” kata Eko.
Sementara itu, Camat Cisarua turut buka suara terkait konflik yang terjadi di tengah masyarakat tersebut.
Camat Cisarua Heri Risnandar menerangkan warga Puncak Bogor menolak Patung Dewi Kencana karena tidak sesuai dengan kearifan lokal.
Heri menegaskan, masyarakat Sunda termasuk di wilayah Bogor merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Pajajaran.
Sedangkan Dewi Kencana merupakan Ratu Kerajaan Majapahit.
Sebatas informasi bahwa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran memiliki sejarah hitam.
Dua kerajaan ini pernah berperang yang dikenal sebagai Perang Bubat.
“Jadi masalah soal patung ini yang mungkin bisa jadi enggak sejalan dengan kearifan lokal, kita tahu Bogor merupakan bagian dari Jawa Barat dengan sejarah Pajajaran. Sedangkan Dewi Kencana merupakan petinggi dari Kerajaan Majapahit,” kata Heri Risnandar.
Penjelasan Patung Dewi Kencana Versi Pakis Hills
Humas Pakis Hills Jatnika menekankan bahwa Patung Dewi Kencana di Puncak Bogor sama sekali tak berkaitan dengan Kerajaan Majapahit.
“Tidak ada hubungan dengan Majapahit,” katanya.
Dalam bentukannya, Patung Dewi Kencana dalam posisi tangan kirinya memegang pucuk daun teh.
Menurutnya hal tersebut melambangkan dukungan terhadap potensi wisata di Puncak Bogor.
“Sebagai pengusaha lokal, seharusnya orang lokal bangga jadi pengusaha di Puncak,” katanya.
Kawin Kontrak
Sementara itu, aktivis kemanusiaan Permadi Arya atau karib disapa Abu Janda justru mendukung pihak Pakis Hills.
Abu Janda menyinggung soal dugaan prostitusi di wilayah Puncak Bogor.
“Patung = haram, prostitusi berkedok kawin kontrak untuk tamu arab = harum. Sama patung aja takut gimana mau lawan tank merkava israel?,” tulis Abu Janda di akun Instagramnya, dikutip oleh Tribun Bogor.
Pj Bupati Bogor, Asmawa Tosepu angkat bicara terkait Patung Dewi Kencana di tempat wisata Pakis Hills.
Asmawa Tosepu mengaku sudah mendapat laporan terkait polemik yang terjadi. Akan tetapi, ia tidak mau gegabah dalam mengambil keputusan.
“Saya mau lihat ke lapangan seperti apa permasalahannya, pastinya aparat di wilayah pak camat dan pak lurah sudah memahami konsep pembangunan itu, nanti saya akan konfirmasi kembali,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (24/4/2024).
Ia mengatakan perlu dilakukan kajian terlebih dulu untuk mempertimbangkan dasar pembangunan patung di kawasan Puncak Bogor tersebut agar permasalahan ini menemukan win-win solution.
“Nanti kita lihat dasar pembangunannya apa, kalau dalam konteks menghadirkan wisatawan kenapa tidak, tapi kita lihat dulu apa sih persoalannya,” katanya.
Artikel ini telah tayang di TribunBogor.com