Pengamat Lihat Hubungan Megawati-Jokowi Akan Lebih Parah Dibanding dengan SBY: 20 Tahun Masih Dingin

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM – Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo tak bisa begitu saja menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Pasalnya, Hasto menyebut bahwa anak ranting PDIP telah meminta agar Jokowi menemui mereka terlebih dahulu sebelum bisa bertemu Megawati.

Hasto mengatakan, anak ranting adalah benteng pertama bagi Megawati di PDI Perjuangan.

Menurut pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting, pernyataan Hasto itu secara implisit artinya Megawati menolak bertemu dengan Presiden Jokowi dalam waktu dekat ini.

Bahkan kondisi ini bisa menyerupai seperti kasus pecahnya hubungan Megawati dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dampak dari pilpres 2004.

“Jadi pecahnya hubungan Megawati dengan Jokowi dampak dari Pilpres 2024, bisa seperti pecahnya hubungan Megawati dengan SBY yang hingga kini setelah 20 tahun, masih dingin,” kata Ginting saat dihubungi, Sabtu (13/4/2024).

Menurutnya, ‘dendam politik’ Megawati memang bisa berlarut-larut, karena merasa dikhianati orang yang dekat dengan dirinya.

Diketahui, SBY sebelumnya sebagai menteri di bawah pemerintahan Presiden Megawati pada tahun 2001-2004.

Sedangkan kini, Jokowi yang dianggap anak emasnya Megawati di PDIP dianggap mengkhianati Megawati dan partai yang mengusungnya menjadi Walikota Solo dua periode, Gubernur DKI Jakata, dan Presiden RI selama dua periode.

“Jadi sakitnya Megawati terhadap Jokowi, bisa lebih parah daripada sakitnya Megawati terhadap SBY. Karena dengan anak-anaknya SBY, Megawati tidak ada masalah. Namun dengan dua anaknya Jokowi (Gibran dan Kaesang) serta menantunya Jokowi (Boby Nasution) itu juga masalah,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unas itu.

Dikemukakannya, sulit untuk melakukan rekonsiliasi politik antara Megawati dengan Jokowi.

Apalagi setelah 20 Oktober 2024, Jokowi sudah bukan lagi sebagai Presiden RI. Maka, serangan dari PDIP terhadap Jokowi dan keluarganya akan semakin tidak terbendung.

Belum lagi Jawa Tengah merupakan basis partai kepala banteng. Termasuk Solo Raya tempat tinggal kediaman keluarga Jokowi akan menjadi kendala sosiologis bagi keluarga Jokowi saat berhadapan dengan kader PDIP dari tingkat ranting.

Posisi presiden terpilih Prabowo Subianto, lanjut Selamat Ginting, akan menjadi jembatan bagi hubungan Megawati dengan Jokowi, maupun jembatan bagi hubungan Megawati dengan SBY.

Prabowo bisa dianggap sebagai tokoh moderat yang bisa diterima semua kalangan. Ia bisa menjadi solidarity maker untuk menyatukan pihak-pihak yang berseberangan dalam satu consensus bangsa.

“Padahal Prabowo juga pernah dikhianati Megawati yang tidak melaksanakan perjanjian Batutulis, Bogor pada 2009.

Mestinya PDIP mengusung Prabowo sebagai capres untuk pilpres 2014. Namun nyatanya PDIP malah mengusung Jokowi. Tapi Prabowo cepat move-on dan tidak larut dalam dendam politik,” kata Ginting.

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini

Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News