Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina
Rekrutan baru militer Rusia yang siap dikirim ke garis depan dalam perang di Ukraina.
SUDAH dua tahun lebih sejak Rusia menginvasi Ukraina. Namun, masih belum jelas kapan dan bagaimana perang ini akan berakhir.
Max Boot di Council on Foreign Relations menyatakan, perang Rusia dan Ukraina akan bergantung kepada seberapa kuat kemampuan masing-masing pihak bersama sekutu-sekutunya untuk mempertahankan dan mengembangkan senjata beserta amunisinya.
Rusia didukung Iran dan Korea Utara. Di sisi lain, Ukraina didukung negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Bagaimana kondisi kekuatan militer masing-masing pihak? Boot membagi kekuatan kedua belah pihak dalam empat kelompok sesuai dengan jenis aset militernya, yaitu: artileri, pesawat tanpa awak atau drone, pertahanan udara serta misil dan bom, dan yang terakhir personel militer.
Artileri
Artileri berperan penting dalam upaya mempertahankan dan memperebutkan wilayah. Biasanya, artileri berukuran besar diletakkan di barisan terdepan agar dapat mengenai wilayah musuh. Karena itulah artileri seringkali disebut sebagai “raja dalam pertempuran” selama berabad-abad.
Di perang Rusia-Ukraina, artileri digunakan untuk menembakkan setidaknya ribuan peluru setiap harinya. Faktanya, 80 persen kematian dalam perang Rusia-Ukraina diakibatkan oleh artileri.
Akhir-akhir ini, pihak Ukraina mengalami kemunduran dalam artileri akibat dari terhambatnya bantuan Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, produksi artileri Rusia mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyaingi jumlah artileri AS dan Eropa jika digabungkan.
Keunggulannya dibanding AS dan Eropa pun tidak sedikit. Sampai Maret lalu, Rusia telah memproduksi tiga juta amunisi artileri. Angka ini lebih besar hampir tiga kali lipat dari produksi AS dan Eropa digabungkan yang berjumlah 1,2 juta saja.
Rusia juga dilaporkan menerima lebih dari satu juta peluru artileri dari Korea Utara.
Keunggulan luar biasa artileri Rusia dibanding AS dan Eropa adalah hal yang cukup mengejutkan. Dari sisi produk domestik bruto (GDP), Rusia masih kalah jauh daripada Kanada.
Menurut Boot, hal ini dapat terjadi karena gaya kepemimpinan diktator Presiden Rusia, Vladimir Putin. Pemerintahan Putin dinilai telah berhasil dalam mempersiapkan ekonomi nasionalnya untuk perang. Apalagi sejak tahun 2021, pemerintahannya juga telah meningkatkan anggaran militer sampai dua kali lipat. Di saat negara-negara NATO menghabiskan dua persen GDP untuk pertahanan, Rusia sudah siap mengalokasikan enam persen dari keseluruhan GDP.
Untuk mengatasi kekurangan amunisi artileri, Ukraina kini berupaya untuk mencoba memproduksi amunisi artileri sendiri. Meski begitu, butuh waktu untuk benar-benar memastikan produksinya berjalan dengan lancar.
Pesawat Tanpa Awak atau Drone
Pesawat tanpa awak atau drone merupakan teknologi yang terhitung masih cukup baru. Namun, teknologi ini berperan krusial dalam perang Rusia-Ukraina.
Drone pada dasarnya memiliki banyak variasi, mulai dari drone kecil yang tersedia secara komersial, hingga drone militer yang besar dan lebih canggih yang dapat digunakan untuk mengintai atau menyerang.
Berbeda dengan artileri yang didominasi oleh Rusia, dalam perihal drone, Ukraina masih mampu menyaingi Rusia.
Ukraina memiliki industri drone sendiri yang dinilai cukup kuat. Menurut Kementerian Industri Strategisnya, industri drone Ukraina dapat memproduksi hingga dua juta drone pada akhir tahun ini.
Beberapa drone yang diproduksi Ukraina memiliki keunggulan seperti jarak tempuh sampai dengan ratusan mil. Baru-baru ini, drone Ukraina digunakan untuk menargetkan fasilitas produksi minyak yang letaknya jauh di dalam wilayah Rusia.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, sekutu-sekutu Ukraina berencana akan memasok satu juta drone lagi ke Ukraina di tahun ini.
Meski begitu, akhir-akhir ini dilaporkan bahwa Ukraina telah kehilangan 10.000 drone tiap bulannya. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya drone yang diterbangkan dalam misi serangan satu arah. Banyak drone lainnya yang dijatuhkan oleh pertahanan udara Rusia.
Di Rusia, drone pada awalnya banyak didapatkan dari sekutunya, Iran. Sekarang, Rusia juga sudah memiliki pabrik dronenya sendiri. Bahkan, mereka mampu memproduksi 400 sampai dengan 500 drone tipe Shahed tiap bulan.
Sebenarnya tidak ada laporan pasti terkait produksi drone Rusia secara keseluruhan. Namun, laporan dari medan perang menyatakan bahwa Rusia setidaknya telah mencapai kesetaraan dengan Ukraina dalam hal kualitas dan kuantitas drone.
Pertahanan Udara, Misil, dan Bom
Rusia seringkali meluncurkan serangan udara ke Ukraina dengan menggunakan misil dan bom. Karena itu, pertahanan udara Ukraina difungsikan untuk mendeteksi serangan udara Rusia dan menjatuhkannya sebelum sampai sasaran.
Dalam bidang pertahanan udara, yang unggul adalah AS selaku pemasok Ukraina. AS memiliki teknologi pertahanan udara tercanggih yang disebut Patriot. Sistem ini sangat efektif melawan rudal jelajah dan balistik Rusia.
Masalahnya, Ukraina hanya memiliki tiga baterai Patriot yang amunisinya sudah sangat terkuras karena adanya penundaan dalam pengiriman bantuan dari AS. Sebenarnya, Ukraina juga memiliki sistem pertahanan udara dari negara-negara lain seperti Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Swedia. Namun, tetap saja Patriot AS yang paling unggul.
Selain sistem, Ukraina pada musim panas ini juga akan menerima pesawat F-16 pertamanya. Pesawat ini akan digunakan untuk menargetkan pesawat pengebom Rusia.
Dalam perihal bom, Rusia memiliki bom luncur yang paling efektif untuk menargetkan pasukan Ukraina. Selain bom, Rusia juga unggul dalam persediaan rudal.
Sejak awal perang, Rusia telah meningkatkan produksi rudal balistik Iskander-M dari yang biasanya 7 unit per bulan menjadi 30 unit per bulan. Rusia juga meningkatkan produksi rudal jelajah Kh-101 dari 13-30 unit per bulan menjadi 100-115 unit per bulan.
Persediaan rudal Rusia makin maju setelah Rusia membeli rudal balistik jarak pendek Fareh-110 dan Zolfaghar dari Iran.
Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan, “Rusia tidak akan kehabisan rudal.” Untuk itu, penting agar Ukraina menjaga persedian pertahanan udaranya.
Personel Militer
Peralatan perang tidak ada gunanya jika tidak ada pasukan yang mengoperasikannya. Di pihak Rusia, sekitar 315.000 tentara dikabarkan telah tewas atau terluka. Meski begitu, Rusia sudah berhasil meningkatkan jumlah pasukannya sejak awal perang.
Dilaporkan bahwa dalam setahun terakhir, Rusia telah menambah jumlah pasukan di garis depan di Ukraina dari yang tadinya 360.000 menjadi 470.000 tentara. Intelijen Inggris melaporkan bahwa Rusia secara rutin merekrut 30.000 orang tambahan tiap bulan.
Di Ukraina, terdapat 600.000 tentara aktif dan hanya 200.000 di antaranya yang dikerahkan di garis depan. Kebanyakan dari mereka juga sudah berada di garis tersebut sejak awal perang.
Sama seperti Rusia, banyak unit di Ukraina juga melaporkan telah kehilangan banyak pasukannya. Hal itu menyebabkan krisis pasukan.