Negara Kecil Itu Dulunya Bernama Pramuka

negara kecil itu dulunya bernama pramuka

Negara Kecil Itu Dulunya Bernama Pramuka

Kebijakan Mas Menteri Nadiem Makarim menjadikan Pramuka sebagai satu kegiatan ekstrakurikuler yang tidak wajib bagi seluruh anak didik di seluruh institusi pendidikan formal di tanah air harus diakui sebagai sesuatu hal yang mengejutkan bagi semua pihak.

Meskipun keputusan Mas Nadiem tersebut menuai pro dan kontra, penjelasan berikutnya yang disampaikan oleh Anindito dari Kemendikbudristek sedikit banyak bisa dicermati bahwa sesungguhnya, Mas Menteri Pendidikan, tidaklah membuat perubahan mendasar akan eksistensi dari ekstrakurikuler Pramuka yang ada di setiap sekolah.

Seperti yang diteruskan oleh Kompas.com (1/4/2024), sesuai dengan Permendikbudristek no. 12 Tahun 2024 bahwa Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib disediakan oleh setiap lembaga sekolah.

Hanya saja, kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ini selanjutnya bersifat sukarela dan tidak menjadi kegiatan yang diwajibkan bagi peserta didik seperti pada Kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum 13 atau Kurtilas.

Sekarang semua murid diberikan kebebasan mau menjadi anggota Pramuka apa tidak sesuai dengan bakat dan minatnya, mereka bebas memilih sendiri tanpa ada unsur pemaksaan karena pramuka tidak wajib lagi..

Substansinya di mana?

Di dalam Kurtilas, Kegiatan Pramuka bersifat wajib dan menjadikan salah unsur penilaian di dalam buku rapor per semesternya. Ada dua model penilaian yang harus diambilkan dalam kegiatan wajib Pramuka.

Pertama adalah Model Blok, yaitu penilaian dengan kegiatan perkemahan minimal sekali dalam satu tahun atau yang kedua Model Aktualisasi diri, yaitu penilaian dimana semua siswa wajib mengikuti kegiatan Pramuka secara rutin, berkala, berkesinambungan, terinci dan terjadwal dalam program di setiap sekolah.

Sedangkan dalam Kurikulum Merdeka saat ini, ditekankan untuk menggunakan Model Penilaian Reguler, dimana setiap anak didik yang memilih sendiri kegiatan Pramuka sebagai kegiatan pilihannya dan mereka wajib diberi nilai sesuai dengan bakat, kemampuan dan minatnya di dalam buku rapornya.

Masihkah Kegiatan Pramuka akan diminati setelah ini?

Sejujurnya, saya sendiri juga tidak mampu menjawabnya karena belum ada data yang mendukung argumentasi dari jawaban pada pertanyaan di atas tersebut.

Jawaban pastinya akan diketahui setelah awal pelajaran baru dimulai, yakni pada pertengahan Juli 2024. Bulan berikutnya kita semua akan mengetahui berapa persentase anak didik yang bersukarela mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di sekolah untuk semua tingkatan kelas dan jenjang di tanah air.

Memang ada sedikit kekhawatiran bahwa meskipun pihak sekolah sudah menyediakan ekstrakurikuler Pramuka di lembaganya, jangan-jangan, tidak ada anak yang mendaftar atau berminat untuk mengikutinya. Bisa juga, bila adapun, hanya beberapa anak dengan persentase yang sangat rendah. Bila ada ketakutan semacam di kalangan para aktivis pramuka, rasanya itu wajar saja.

Haruskah Organisasi Pramuka berbenah dan introspeksi ke dalam?

Jawabannya sudah jelas, yaitu HARUS. Mengapa demikian? Coba saja cermati faktor-faktor apa saja yang membuat kegiatan Pramuka menjadi kurang diminati. Pastilah ada dua faktor yang dimungkinkan muncul, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal yang melemahkan adalah kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dianggap sebagai salah satu kegiatan yang membosankan oleh para generasi milenial atau Gen Z. Pramuka dianggap identik dengan kegiatan sebatas upacara dan berpanas-panasan di lapangan.

Juga adanya kesenjangan antara senior dan junior sebagai kakak dan adik tingkat kelas. Tidak heran sedikit banyak ada unsur dominasi dan mengarah pada hegemoni senioritas serta ada perasaan merasa diperlakukan “kasar”atau merasa di-bully yang padahal itu sejatinya tidak benar dalam kegiatan kepramukaan karena bisa menghilangkan “rasa senang” dalam mengikuti kegiatan kepramukaan.

Program kegiatan Pramuka di sekolah yang tidak terjadwal dengan baik mulai dari program maupun pada pelaksanaan kegiatan yang semata berfokus pada pelatihan kekuatan fisik dan mengesampingkan program pengembangan bagaimana berfikir kritis dan logis pada anak-anak Pramuka menjadikan kegiatan pramuka semakin stagnan dan mandul.

Juga, ada kesan bahwa para mereka yang menjadi pembina kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, sama sekali tidak memahami secara detail tentang kepramukaan itu sendiri. Mereka juga merasa terpaksa hanya menjalankan tugas dinas atau ditunjuk.

Faktor Eksternal juga bisa membuat kegiatan Pramuka menjadi kurang diminati. Pengaruh perubahan informasi secara global sehingga semua negara menjadi borderless membuat budaya, bahasa, way of life, pola pikir, gaya hidup, entertainment seperti online gaming dan karakter asing saling bebas diakses tanpa adanya filter oleh para generasi muda di setiap negara berbeda dimana pun berada.

Apakah saya menyukai kegiatan Pramuka?

Ini yang lumayan sulit juga untuk menjawabnya. Bisa jadi perasaan saya ini juga mewakili Gen X seperti saya ini bila ada di antara mereka.

Di tahun 1973 sampai dengan 1985, sewaktu bersekolah dan dibesarkan di Kota Surabaya, saya sangat menyukai kegiatan Pramuka. Saat itu, kegiatan Pramuka bukanlah menjadi ekstrakurikuler wajib di sekolah.

Bahkan, tidak semua sekolah mempunyai Gugus Depan atau GuDep sebagai induk kegiatan di setiap lembaga pendidikan. Uniknya, GuDep tersebut, bisa dimiliki oleh sekelompok masyarakat, perusahaan swasta atau instansi pemerintah dan saat ini, klausa yang terakhir itu sudah sangat langka ditemukan.

Dari mulai siaga sampai dengan menjadi penegak, hampir setiap hari Minggu sore saya habiskan demi mengikuti kegiatan Pramuka karena sangat mengasyikkan dan bisa menjadi wahana untuk membentuk karakter diri dan melatih leadership.

Kegiatan perkemahan, Persami (Perkemahan Sabtu Minggu), penjelajahan, belajar Sandi atau Morse, simbol bendera Semaphore, Pelajaran Baris Berbaris, mendaki gunung, survival dan Belajar Ilmu Kepemimpinan adalah menu yang wajib diikuti saat itu.

Gugus Depan 130-133 dengan Pangkalan Asrama 507 (Sekarang Batalion 500 Raiders) di Jalan Gajahmada adalah pangkalan Sanggar Pramuka utama di Surabaya selatan dan berdiri sampai sekarang.

Anggotanya terdiri dari seluruh anak muda yang berminat dari dalam dirinya sendiri tanpa ada unsur paksaan. Mereka itu berasal dari lapisan masyarakat dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya yang beragam.

Apapun agama, suku, bahasa dan adat yang berbeda pula dari para anggotanya, namun kita semua disatukan dalam satu “Negara kecil” yang kita sebut dengan Pramuka.

“Negara Kecil Bernama Pramuka”, direkatkan dengan kode etik Pramuka, Dasa Dharma Pramuka, Tri Satya Pramuka dan bahkan ada Hymne Pramuka. Semua itu adalah tuntunan dalam membentuk insan Indonesia yang agamis, toleran, disiplin, dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang sangat tinggi bagi kami semua sampai saat ini.

Tidak mengherankan bila sampai sekarang, setelah beberapa dekade kita semua masih dan selalu berkomunikasi serta acap kali ber-reuni meskipun tempat tinggal, pekerjaan, dan nasib meletakkan masing-masing dari kita di kota atau pulau yang berbeda. Usia boleh tua, tapi Pramuka, Praja Muda Karana itu ada dalam jiwa diri kita semua.

Kita semua dari berbagai penjuru kota dan pulau dipertemukan lagi pada acara reuni ex- Gudep 130-133 Surabaya dengan mengajak keluarga, anak, suami, istri dan cucunya.

Mereka yang saat ini sudah menjadi Pejabat, Jenderal, Pegawai BUMN, PNS, Guru, Pengusaha dan banyak lainnya akan melupakan statusnya serta kembali bernostalgia pada masa kecil dulu dengan membuat kegiatan yang berhubungan dengan materi kepramukaan selama reuni. Lihat saja!, meskipun motif, model dan warna bajunya bermacam-macam, namun hasduk merah putih tetap melingkar di leher mereka.

Kita semua dibentuk dalam satu wadah Pramuka untuk ada dalam rasa Brotherhood dan Sisterhood yang merasa senasib dan seperjuangan dalam mengatasi berbagai masalah saat mengikuti kegiatan perkemahan di luar kota sejak dulu. Kami telah dijadikan satu keluarga besar yang erat berkat kegiatan ke-Pramukaan tersebut.

Semua ilmu yang telah kita terima dari pembina atau senior kita, ternyata sangat bermanfaat setelah kita menjadi dewasa dan harus hidup di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Pramuka telah membuat diri kita semua menjadi tangguh dalam menghadapi beratnya tantangan kehidupan dan krisis multi dimensi yang saat ini terjadi di tengah masyarakat kita.

Bagaimana dengan sekarang?

Jujur, sekarang saya menjadi tidak menyukai kegiatan kepramukaan karena ada beberapa hal yang sepertinya menurut pendapat saya pribadi, kegiatan Pramuka sudah terasa berbeda dari apa yang dicetuskan awal oleh Bapak Pandu sedunia, Lord Baden Powell.

Ada nuansa bahwa kegiatan Pramuka sudah ‘tergiring’ untuk berbagai kepentingan yang berbau politis dan sifat serta program yang ditawarkan sudah tidak menarik lagi bagi khususnya kaum generasi Milenial atau Gen Z.

Tidak heran, Mas Nadiem, menurut dugaan saya, juga mencium adanya aroma tersebut.

Oleh karena itu, Pramuka dikembalikan lagi sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa gerakan Pramuka bersifat mandiri, sukarela dan non-politis. Sejalan dengan hal tersebut, akhirnya Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024 mengatur dan mengembalikan lagi bahwa keikutsertaan murid di sekolah dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk Pramuka, harus bersifat sukarela.

Saat ini, kita semua hanya bisa menunggu datangnya bulan Juli 2024, dan dari momen itu akan diketahui, seberapa banyak anak didik yang bersukarela mengikuti ekstrakurikuler Pramuka di setiap sekolah setelah dinyatakan sebagai ekstrakurikuler Pramuka tidak wajib lagi.

Setelah itu baru bisa diambil kesimpulan apakah Pramuka yang sejatinya “Negara Kecil” dalam membentuk karakter, kepribadian dan memupuk jiwa nasionalisme bagi para generasi muda bangsa dalam menghadapi gempuran pengaruh budaya asing yang semakin gencar masih mampu menjadi filternya?

Artikel ditulis untuk Kompasiana.com

Magetan, 26 April 2024

OTHER NEWS

17 minutes ago

Tyson Fury and Oleksandr Usyk separated by security during fiery weigh-in

18 minutes ago

See Kevin Costner in new trailer for his Western epic, 'Horizon'

18 minutes ago

Over a million Texans without power

18 minutes ago

Stokes takes two wickets on Durham return at Lancs

18 minutes ago

Ed Sheeran turns up at students’ music studio to give surprise performance

18 minutes ago

Eagle Materials unveils plans for $430M Wyoming plant expansion

18 minutes ago

Barron Trump graduates from private school in Florida with parents in attendance

18 minutes ago

BJP has crossed 270 seats mark in four phases: Amit Shah

18 minutes ago

The royal couple of BJP in Odisha fight: He to retake his bastion, she to retain hers

18 minutes ago

'Astonishing' Lost Prehistoric Landscape Revealed by Undersea Scans

18 minutes ago

Vatican releases new guidance for alleged supernatural phenomena

19 minutes ago

Mercedes workers vote no to union, putting the brakes on UAW's march South

19 minutes ago

'Back to Black' director opens up about 'noise' around Amy Winehouse biopic

23 minutes ago

Scottie Scheffler puts dramatic arrest behind him to stay in the hunt for $3.15M prize at PGA Championship with stunning second round

24 minutes ago

Women are worried about their financial security. That may impact the 2024 presidential election

24 minutes ago

Archaeologists Found 10,000 Treasures That Suggest They Dug Up an Ancient Roman Pit Stop

24 minutes ago

Red Dead Redemption 2 Earns Incredible Sales Achievement

24 minutes ago

Get ready to swoon over these sub-£50k classics we found this week

24 minutes ago

Arsenal mission is clear amid hope of final Premier League title race twist

24 minutes ago

Severe storms kill at least four people in Houston

24 minutes ago

An entire town in California has been put on the market for $6.6 million

24 minutes ago

North Korea Launches Ballistic Missile Toward Sea of Japan

24 minutes ago

Rory McIlroy shoots 5-under 66 to open PGA Championship

24 minutes ago

Jurgen Klopp responds to critics about Liverpool trophy haul ahead of exit

24 minutes ago

Who is Mark Hubbard? Get to know the PGA Championship contender who once proposed at Pebble Beach

24 minutes ago

US military says first aid shipment has been driven across a newly built US pier into the Gaza Strip

24 minutes ago

19-year-old Nolan Siegel catches air in wreck during practice for Indianapolis 500 qualifying

24 minutes ago

Should the Ottawa Senators Draft What They Need or Just Take the Best Player Available?

24 minutes ago

Latto Pulls Up to Support Angel Reese in Her WNBA Debut

25 minutes ago

Police report reveals details of Scottie Scheffler’s arrest as bus crash victim identified

25 minutes ago

Canadian police link 4 women killed in the 1970s to dead American serial sex offender

25 minutes ago

Celine Dion shares photo with her sons and Mick Jagger at Rolling Stones show

25 minutes ago

Democracy is a top concern for many voters. We asked them why.

25 minutes ago

Sen. Chris Van Hollen & Victoria Nuland, Sunday On “this Week” With Co-anchor Martha Raddatz

26 minutes ago

Ford government uses new powers to sidestep Toronto’s say in Ontario Place plans

26 minutes ago

Raw milk sales are spiking in the U.S. despite bird flu warnings

26 minutes ago

Chief says First Nation in northeastern Manitoba ‘eagerly awaiting’ monument to 1972 tragedy

27 minutes ago

‘Three Kilometers To The End Of The World’ Review: Emanuel Parvu’s Drama An Expansive Tale Of Corruption And Lies – Cannes Film Festival 

27 minutes ago

Upfronts 2024 Awards: Who Deserved Accolades For Best Joke, Biggest Letdown & Most Ironic Catchphrase

27 minutes ago

Laura Dern & Margaret Qualley Star In ‘Forever, Interrupted’ Limited Series In Works At Netflix From A24