Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?
Kolase foto Presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan
JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan Prabowo Subianto agar tidak membawa orang-orang toxic ke dalam pemerintahan ke depan.
Diketahui, Prabowo adalah Presiden RI terpilih untuk periode 2024-2029 yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Bersama wakilnya, Gibran Rakabuming Raka, Prabowo bakal dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI pada 20 Oktober 2024.
Kubu Prabowo-Gibran juga diketahui tengah berusaha merangkul kubu yang sempat berseberangan di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dengan kerangka wacana rekonsiliasi nasional demi bersama membangun bangsa.
Namun, di tengah proses merangkul tersebut, Luhut memberikan pesan agar Prabowo tidak membawa orang-orang toxic masuk ke dalam pemerintahan karena dinilai berpotensi menghambat jalannya program pemerintah.
Lantas, siapa yang dimaksud Luhut dengan orang-orang toxic tersebut?
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS), Agung Baskoro mengatakan, orang-orang toxic yang dimaksud Luhut bisa mengarah pada mereka yang tidak sesuai visi dan misinya dengan Prabowo-Gibran.
Sebab, Agung menilai bahwa perbedaan visi dan misi bisa membuat banyak masalah dan hambatan di pemerintahan itu sendiri.
“Devinisi toxic ini bisa mengarah pada siapa pun partai atau orang-orang yang diajak masuk kabinet oleh Prabowo-Gibran tetapi nafasnya berbeda dengan arahan Prabowo-Gibran untuk melanjutkan program-program pemerintah atau melaksanakan program-program yang disampaikan saat kampanye, apakah soal makan siang gratis, soal IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara dan program prioritas lain,” kata Agung kepada Kompas.com, Senin (6/5/2024).
Namun, Agung melihat bahwa pesan Luhut tersebut lebih relevan mengarah pada kubu pasangan calon (paslon) nomor urut 1, yakni Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Pasalnya, ketiga partai itu mengusung narasi perubahan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Sementara kubu Prabowo-Gibran mengusung wacana keberlanjutan.
Apalagi, ketiga partai yang mengusung paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar itu kini diketahui memberikan sinyal positif mendukung dan bergabung ke dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Momen Luhut ingatkan soal toxic ini bisa dipahami bahwa dia sedang bicara dalam konteks digitalisasi sehingga memang ketika dinarasikan dalam posisi Koalisi Indonesia Maju, maka lebih relevan saat kubu 01 apakah Nasdem, PKB atau bahkan PKS bergabung dengan kubu Prabowo-Gibran,” ujar Agung Baskoro.
Menurut Agung, tidak mudah mengintegrasikan perbedaan narasi tersebut walaupun dua partai yang mengusung perubahan tersebut masih menjadi bagian dari pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
“Integrasi maupun konsolidasi narasi itu bukan hal yang mudah walaupun partai tadi masih jadi bagian pemerintahan Jokowi,” katanya.
Lebih lanjut, Agung mengatakan, peringatan Luhut tersebut penting agar nantinya tidak ada partai politik yang bermain dua kaki dalam pemerintahan. Termasuk, Koalisi Indonesia Maju.
“Perlu diingatkan memang, jangan sampai malah ini nanti jadi celah mereka untuk main dua kaki atau bahkan koalisi pemerintah dalam hal ini Koalisi Indonesia Maju yang anggotanya sedang bergabung juga pada berpikir untuk bermain dua kaki. Ini yang jadi soal dan merepotkan pemerintahan Prabowo-Gibran ketika nanti memimpin,” ujarnya.
Sebelumnya, Luhut menyampaikan pesan kepada Prabowo Subianto agar tidak membawa orang toxic ke dalam pemerintahan ke depan. Sebab, orang-orang tersebut akan cenderung merugikan jalannya pemerintahan.
“Kepada presiden terpilih (Prabowo Subianto), saya katakan jangan membawa orang-orang toxic ke dalam pemerintahan Anda, karena itu akan sangat merugikan kita (Indonesia),” kata Luhut dalam pidato sambutannya di acara Jakarta Futures Forum di Hotel JW Marriot, Jakarta, Jumat (3/5/2024).
Saat itu, Luhut membahas prospek kerja sama antara Indonesia dengan India. Dia pun yakin bahwa Prabowo dapat melakukan banyak hal untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.
Belakangan, Juru Bicara Luhut, Jodi Mahardi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan toxic adalah yang berpotensi menghambat jalannya program pemerintah.
“Pak Luhut menggunakan istilah toxic untuk merujuk kepada pihak-pihak yang cenderung menghambat kemajuan program kabinet karena tidak sejalan dengan visi dan arah yang telah ditetapkan,” ujarnya, Jumat.
Menurut Jodi, Luhut ingin menekankan pentingnya kesatuan dalam menjalankan program-program pemerintahan demi kepentingan bersama.
Meski demikian, Jodi tidak membeberkan siapa sosok toxic yang dimaksud Luhut.
“Pak Luhut hanya sumbang saran saja,” katanya.