Survei Bloomberg: Prabowo Unggul, Singgung Relasi Jokowi dan China
Bisnis.com, JAKARTA – Calon presiden alias capres nomor urut 2, Prabowo Subianto unggul dalam jajak pendapat versi media asing asal Amerika Serikat, Bloomberg, pada Sabtu (10/11/2024).
Bloomberg melaporkan bahwa mayoritas masyarakat RI mendukung Prabowo untuk melanjutkan strategi ekonomi yang bertumpu pada hubungan bisnis dengan China. Meski Prabowo bersumpah untuk mempertahankan sikap kebijakan luar negeri yang lebih netral antara Washington dan Beijing.
Sebagai calon terdepan dalam pemilu 14 Februari, petahana Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah berjanji untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ramah bisnis, yang mencakup peningkatan lebih dari delapan kali lipat dalam investasi asing dari China selama 10 tahun masa jabatannya.
Analis utama Indonesia di firma penasihat kebijakan Global Counsel Dedi Dinarto melihat hubungan dan kedekatan antara China dan RI akan terus berlanjut di bawah kepemimpinan Prabowo.
“Perusahaan-perusahaan China kemungkinan besar akan mendapatkan keuntungan paling besar mengingat hubungan ekonomi positif yang telah dibangun Jokowi dengan Beijing,” kata Dedi.
Banyak negara Asia Tenggara mendapati diri mereka menyulap ketergantungan ekonomi mereka pada China dengan masalah keamanan yang mendukung pendekatan yang lebih bernuansa ke Beijing dan Barat.
Namun Indonesia, negara berpenduduk lebih dari 270 juta jiwa dengan populasi Muslim terbesar di dunia, melihat dirinya sebagai kekuatan menengah yang mampu mengelola dikotomi tersebut secara efektif.
Ketika Jokowi mulai menjabat pada 2014, dia memulai sebuah agenda ekonomi dan infrastruktur yang ambisius dan bersamaan dengan berjalannya reformasi bisnis utama, membuat Indonesia tumbuh dengan kecepatan rata-rata 5% per tahun.
Mengutip data pemerintah, China menjadi salah satu sumber utama foreign direct investment (FDI) atau investasi asing langsung, dengan total US$7,4 miliar tahun lalu. Sementara FDI dari Amerika Serikat mencapai US$3,28 miliar.
Investasi ini termasuk pembangunan jalur kereta api berkecepatan tinggi pertama, Whoosh, di Indonesia di bawah Belt and Road Initiative (BRI). Indonesia juga diuntungkan sebagai pemasok nikel sulfat terbesar di China.
Prabowo terus menggaungkan akan melanjutkan pembangunan dari era Jokowi. Bersamaan dengan dirinya menggandeng putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden. Survei-survei menunjukkan bahwa tiket tersebut dapat mencapai ambang batas 50% yang dibutuhkan untuk menang di putaran pertama.
Pernyataan Kontroversial Prabowo
Kandidat-kandidat presiden lainnya, mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan, telah mengisyaratkan kewaspadaan yang lebih besar terhadap ketergantungan Indonesia terhadap Cina, namun para analis mengatakan bahwa kebijakan luar negeri tidak akan banyak berubah, siapa pun yang menang.
Peneliti senior untuk modernisasi militer Asia Tenggara di International Institute for Strategic Studies, Evan Laksmana, menekankan bahwa siapa pun yang menang akan mewarisi masalah dan peluang struktural yang sama.
Salah satu risiko bagi para diplomat Indonesia adalah gaya Prabowo yang suka berbicara secara langsung dalam menyampaikan isu-isu kontroversial.
Sebagai cntoh, tahun lalu dalam sebuah kunjungan ke Singapura, dia mengusulkan sebuah rencana perdamaian untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina. Namun rencana tersebut tampak menguntungkan Rusia dan membuat Ukraina marah.
Pernyataan lainnya, Prabowo juga sempat mengecam standar ganda Barat dalam sebuah forum pada November dan menanggapi pertanyaan seorang diplomat Italia tentang Uni Eropa dengan mengatakan bahwa telah terjadi pergeseran di dunia dan Eropa tidak dibutuhkan lagi.
Mendiang Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew pun dalam memoarnya menggambarkan Prabowo sebagai sosok yang “cepat tetapi tidak tepat dalam hal blak-blakan”.
Jalan Tengah
Meski demikian, Laksama melihat Prabowo sebagai menteri pertahanan, sering mencari jalan tengah dalam pertarungan geopolitik antara Amerika Serikat dan Cina, dua negara yang dia sebut sebagai teman baik.
Para analis berkeyakinan bahwa itulah pendekatan yang mungkin akan Prabowo pertahankan jika dirinya berhasil menduduki jabatan orang nomor satu di Indonesia.
“Dari sudut pandang kebijakan luar negeri, ini adalah sebuah pilihan. Anda mungkin melihat sesuatu yang Anda sukai pada suatu hari dan kemudian sesuatu yang tidak Anda sukai pada hari lain. Dengan Prabowo, yang Anda dapatkan adalah ketidakpastian, bukan kemenangan bersih bagi AS atau China,” tutupnya.
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII