Kesedihan Davin,Sudah Habiskan Rp 500 Juta Biaya Berobat,Istri Meninggal Usai Cabut Gigi Bungsu
SRIPOKU.COM – Kesedihan Davin suami di Ngawi-Jawa Timur setelah kehilangan istri tercinta setelah mencabut gigi bungsu.
Davin sempat mengunggah video di akun TikTok pribadinya @davin_a.s07 dengan narasi “”Semua berawal dari CABUT GIGI BUNGSU Sudah gak ngerasain sakit lagi ya mama Udah enak di surga ya mama (ALFATIHAH),”
Davin pun menceritakan kronologi dan detik-detik sang istri meninggal setelah mencabut gigi bungsu.
Davin membagikan pengalamannya saat merawat sang istri saat ditemui di tempat usahanya di Jalan Raya Ngawi-Solo Desa Gendingan, Kecamatan Widodaren, Rabu (8/5/2024).
Menurut dia, peristiwa itu berawal pada 28 Desember 2023 lalu.
Kejadian itu bermula saat sang istri mendatangi sebuah klinik dokter gigi umum.
Istrinya mendatangi klinik itu untuk memeriksakan giginya sambil membawa hasil rontgen.
Istrinya pun sempat diperiksa dan dokter merekomendasikan untuk mencabut gigi bungsu sang istri melalui odotektomi.
Proses pencabutan gigi pun dilakukan di sebuah tempat praktik dokter spesialis gigi di Ngawi, Jawa Timur.
Namun setelah selesai dicabut, istrinya malah mengalami pembengkaan di mulut hingga ke leher.
“Istri saya memutuskan cabut gigi bungsu pada 28 Desember silam. Sebelumnya mengeluh pusing, kami mencoba konsultasi masalah tersebut ke Klinik Gigi Walikukun,” ujar Davin. Dikutip dari TribunJatim.com, Rabu (8/5/2024).
Davin menuturkan, pada hari yang sama mereka mengikuti arahan dari dokter gigi, untuk foto rontgen di Rumah Sakit Sarila Husada Sragen.
Kemudian, hasilnya langsung dibawa kembali ke klinik tersebut.
Dari hasil rontgen tersebut dokter menyarankan untuk mencabut gigi bungsu tersebut.
“Dari foto rontgen gigi bungsu miring kiri dan terletak paling belakang. Sehingga keputusan dokter cabut gigi bungsu. Kami ikuti rekomendasinya Setelah dicabut dokter gigi bilang bahwa klinik libur sampai 3 Januari,” tuturnya.
Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, lanjut Davin, pasca cabut gigi bungsu lalu periksa ke Rumah Sakit Sarila Husada Sragen.
Seiring berjalannya waktu, Nira mengalami pembengkakan di bagian gigi belakang 30 Desember silam.
“Kami lantas konsultasi ke Rumah Sakit Panti Waluyo Solo. Kami periksa selain bengkak, indikasi terjadi radang tenggorokan. Setelah itu rawat jalan, kami tinggal sementara di Solo pada 31 Desember,” paparnya.
Selama rawat jalan, Davin melihat tidak ada perkembangan yang dirasakan oleh Nira. Hingga pada akhirnya, tanggal 1 Januari dibawa ke Rumah Sakit JIH Solo.
Di rumah sakit, istrinya didiagnosa mengalami infeksi yang sudah menyebar ke bagian paru-paru dan harus di operasi di bagian leher.
“Hasilnya sama ada indikasi radang tenggorokan. Diberi vitamin untuk meringankan dan rawat jalan. Jadi fokus minum obat Rumah Sakit JIH Solo,” kata Davin
Menurutnya, obat dari Rumah Sakit JIH menunjukkan perkembangan positif.
Alhasil pada tanggal 1 Januari kondisi Nira membaik, hingga diperbolehkan pulang ke Ngawi.
“Bengkak sudah membaik, tapi turun di bagian leher, sakit tidak bisa ngomong. Tanggal 3 Januari, kembali periksa ke dokter dan mengatakan infeksi,” terangnya.
“Akhirnya opname. Dikasih antibiotik tidak mempan. Akhirnya kami bawa ke Klinik Jogorogo. Bengkak hilang muncul sesak nafas. Terus dirujuk ke Rumah Sakit Dr Oen Solo pagi, infeksi menjalar ke pernafasan,” bebernya.
Ayah satu anak tersebut juga menceritakan, Nira memakai alat bantu pernafasan tanggal 4 Januari 2024.
Namun kondisi istrinya semakin parah.
Ia terpaksa menunggu hasil operasi seminggu. Setelah operasi dan selang dilepas, masih sesak nafas bahkan rongga paru terus menghasilkan nanah.
“Divonis operasi thorax awal Februari 2024, pembedahan selaput paru paru bagian kanan, padahal yang infeksi kiri kanan. Setelah operasi dirawat di ICU 2 minggu melepas ventilator,” ujarnya.
“Istri tidak bisa bernafas, kemudian dilakukan operasi bagian leher dilubangi atau Trakeostomi, nafas lewat jalur leher. Setelah operasi, dipindahkan dari ICU,” paparnya.
Beberapa hari kemudian dokter membolehkan istrinya pulang ke rumah, dengan catatan punya alat pernafasan bantuan,kasur medis,dan oksigen.
“Pada saat puasa kemarin, sempat lebaran di Ngawi. Dari leher yang dilubangi, tidak bisa ngomong selama 1 bulan. Makan lewat selang, susah berjalan,” ungkapnya.
Kondisi membaik itu tidak bertahan lama, pada tanggal 20 April mengalami penurunan drastis dan kembali dibawa ke Rumah Sakit Dr Oen Solo hingga akhirnya meninggal dunia pada 27 April 2024.
“Berat badan menurun jadi 27 kilogram. Kondisinya drop, kemudian meninggal saat dilakukan pertolongan pada 27 April,” katanya.
Davin bahkan sempat meminta pertanggungjawaban dokter klinik yang pertama kali menangani operasi cabut gigi bungsu Nira, namun hasilnya nihil ia tak mendapat respon apapun.
Kendati begitu, Davin yang merasa dirugikan, membawa persoalannya ke meja hijau. Selain merugi waktu, ia juga menghabiskan biaya berobat sebesar Rp 500 juta
“Karena selama saya cari, tidak ada respon yang ditunjukkan oleh dokter gigi yang merekomendasikan cabut gigi. Tidak ada niatan menengok atau menanyakan kondisi istri saya,” pungkasnya.
Terpisah, Kadinkes Ngawi Yudhono, akan memanggil yang bersangkutan, untuk meminta klarifikasi lebih lanjut.
“Pihak pihak terkait akan kami minta keterangan mengenai permasalahan tersebut. Akan kami investigasi,” tandasnya.
Kisah pilu Davin tersebut viral di sejumlah platform media sosial dan mendapat beragam komentar dari netizen, khususnya pengalaman netizen yang telah melakukan operasi cabut gigi bungsu.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com