Kejanggalan Polisi Manado Tewas di Mobil,Tiba-tiba Ada di Rumah Pengusaha,Benar Akhiri Hidup?
TRIBUNNEWSBOGOR.COM – Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengurai analisa soal kejanggalan tewasnya polisi manado bernama Brigadir Ridhal Ali Tomi ( Brigadir RAT) pada Kamis (25/4/2024) lalu.
Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mengurai tiga hal tak wajar di balik kematian anggota Satlantas Polresta Manado, Sulawesi Utara itu.
Tak cuma Kompolnas, pakar psikologi forensik juga menjelaskan analisanya soal kematian Brigadir RAT.
Seperti apa analisa keduanya?
Dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Kompas TV, Albertus Wahyurudhanto menyebut ada tiga keanehan di balik kematian Brigadir RAT.
Seperti diketahui, Brigadir Ridhal Ali Tomi tewas disinyalir karena bunuh diri.
Brigadir RAT ditemukan meregang nyawa setelah menembak kepalanya sendiri di dalam mobil Toyota Alphard di depan rumah pengusaha kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Belakangan diketahui pengusaha tersebut bernama Indra Pratama.
Detik-detik sebelum Brigadir Ridhal Ali Tomi tewas sempat terekam CCTV.
Melihat rekaman CCTV hingga identitas korban, Kompolnas pun menangkap tiga kejanggalan dalam kasus tersebut.
Pertama, anggota Kompolnas mencurigai alasan Brigadir RAT datang ke Jakarta.
“Menjadi pertanyaan kami ada tiga, pertama, mengapa ini Polisi Manado datang ke Jakarta. Informasi sementara untuk cuti, tapi masih kami dalami. Karena kalau cuti kan pasti ada yang mengizinkan dan alasannya apa,” pungkas Albertus Wahyurudhanto dikutip TribunnewsBogor.com pada Minggu (28/4/2024).
Ini chat terakhir polisi Manado, Brigadir Ridhal Ali sebelum ditemukan tewas di mobil Alphard. (Kolase TribunBogor)
Kejanggalan kedua menurut Kompolnas adalah perihal lokasi TKP tewasnya Brigadir RAT.
Kompolnas bakal mengusut alasan korban mendatangi rumah pengusaha di Jakarta.
“Kedua, itu berada di rumah pengusaha sementara background-nya polisi lalu lintas. Ada apa? ini harus kami detail-kan,” kata Albertus Wahyurudhanto.
Lalu terakhir, keanehan dalam kasus kematian Brigadir RAT adalah perihal alasannya mengakhiri hidup.
Diungkap Albertus, korban sejatinya masih berusia muda.
“Ketiga, ternyata dia (korban) itu masih usia muda, ternyata kelahiran tahun 90, jadi baru 34 tahun. Bagi kompolnas ini persoalan serius. Ini alarm kuat bagi Polri, karena ada saja polisi bunuh diri. Orang kalau bunuh diri kan sudah tingkat stres yang paling puncak, sehingga bagi kami, apa motivasinya menjadi sangat penting,” imbuh Albertus Wahyurudhanto.
“Ini persoalan serius yang harus benar-benar ditangani dan dicari solusi,” ujarnya.
Tak cuma Kompolnas, pakar psikologi forensik Reza Indragiri turut mengurai analisa.
Menurut Reza, kematian Brigadir RAT tidak bisa langsung disimpulkan sebagai tindakan bunuh diri.
“Penyebab kematian itu ada empat, yaitu seorang meninggal dunia akibat alami, kecelakaan, bunuh diri, atau pembunuhan. Selama saya tidak punya alat bukti apapun maka saya tidak bisa menyimpulkan. Kritik saya terhadap kepolisian, bagaimana mungkin pihak kepolisian dalam waktu sekian jam sudah langsung menyimpulkan bahwa ini persoalan bunuh diri,” kata Reza Indragiri.
Karenanya, Reza pun mengurai dua kemungkinan terkait kematian Brigadir RAT.
Analisa pertama adalah perihal dugaan kematian Brigadir RAT karena kecelakaan.
“Anggaplah personel tersebut memang meletuskan senjata sehingga menembus kepalanya. Polisi menganggap itu bunuh diri. Tapi seandainya kita kaitkan dengan benturan satu kendaraan, sehingga senjata tidak sengaja meletus, apa itu bunuh diri? boleh jadi itu kecelakaan,” ucap Reza.
Analis kedua adalah soal kemungkinan adanya intimidasi yang diterima Brigadir RAT sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidup.
“Kalau kita berandai-andai ternyata ini bunuh diri, namun didahului pengaruh, intimidasi, pengaruh dari pihak lain, maka benarkah ini peristiwa tunggal? Saya beranggapan, jika ditarik ke belakang, boleh jadi ada peristiwa pendahuluan yang berkonsekuensi pidana, yakni seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan tindakan fatal,” pungkas Reza.
Catatan redaksi:
Artikel ini ditayangkan bukan untuk menginspirasi tindak bunuh diri.
Kendati demikian, depresi bukanlah persoalan sepele.
Jika kalian mempunyai tendesi untuk bunuh diri atau butuh teman curhat, kalian dapat menghubungi kontak di bawah ini:
LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293)
Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh.
Jika semakin parah, disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
LSM Jangan Bunuh Diri adalah Lembaga swadaya masyarakat yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan jiwa.
Tujuan dibentuknya komunitas ini adalah untuk mengubah perspektif masyarakat terhadap mental illness dan meluruskan mitos serta agar masyarakat paham bahwa bunuh diri sangat terkait dengan gangguan atau penyakit jiwa.
Kalian dapat menghubungi komunitas ini melalui nomor telepon (021 0696 9293) atau melalui email [email protected].
Baca berita lain TribunnewsBogor.com di Google News