Jelang Serang Rafah, PM Netanyahu Janjikan Jalan Aman bagi Warga Sipil untuk Pergi
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tiba untuk menghadiri rapat Kabinet di Kirya, yang merupakan tempat Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada 17 Desember 2023. Pada Senin (25/12/2023), ia mengunjungi Jalur Gaza.
TEL AVIV, KOMPAS.com – PM Benjamin Netanyahu menjanjikan Militer Israel akan memberikan “jalan yang aman bagi penduduk sipil” di Kota Rafah.
Dia berkata demikian dalam sebuah wawancara di acara This Week with George Stephanopoulos dari ABC News yang disiarkan pada Sabtu (10/2/2024) malam.
Seperti diketahui, Israel diperkirakan akan menyerang kota padat penduduk di Jalur Gaza selatan tersebut.
Dalam wawancara itu, Netanyahu juga menepis kekhawatiran akan terjadinya “malapetaka”.
Meskipun ada kekhawatiran internasional mengenai potensi pembantaian di kota yang dipenuhi lebih dari 1 juta pengungsi Palestina tersebut, PM Israel mengatakan bahwa serangan itu adalah kunci untuk menghancurkan Hamas.
“Kemenangan sudah dalam genggaman. Kami akan melakukannya. Kita akan mendapatkan batalion teroris Hamas yang tersisa dan Rafah, yang merupakan benteng terakhir, tapi kita akan melakukannya,” katanya.
Ia mengeklaim bahwa Israel sedang menyusun rencana terperinci untuk melakukannya.
“Kami akan melakukannya sambil memberikan jalan yang aman bagi penduduk sipil sehingga mereka dapat pergi,” lanjut Netanyahu.
Dia menyebutkan wilayah utara Rafah yang telah dibersihkan dapat digunakan sebagai zona aman bagi warga sipil.
Penguasa Hamas di Gaza telah memperingatkan kemungkinan terjadinya “puluhan ribu” korban di Rafah.
Sementara kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell bergabung dengan suara-suara internasional lainnya dengan mengatakan bahwa serangan di sana “akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang tak terkatakan”.
Pendukung utama Israel, Amerika Serikat, mengatakan pihaknya tidak mendukung serangan darat di Rafah.
AS memperingatkan bahwa, jika tidak direncanakan dengan baik, operasi semacam itu berisiko menimbulkan “bencana”.
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan kritik terkuatnya terhadap Israel pada hari Kamis, menggambarkan pembalasan Israel atas serangan Hamas pada 7 Oktober sebagai tindakan yang “berlebihan”.
Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober lalu terhadap Israel, yang dilaporkan mengakibatkan tewasnya sekitar 1.160 orang, sebagian besar warga sipil.
Bersumpah untuk menghabisi Hamas, Israel melancarkan serangan militer besar-besaran di Gaza yang menurut kementerian kesehatan wilayah itu telah menewaskan sedikitnya 28.064 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Kepada para kritikus yang mengatakan bahwa serangan ke Rafah telah melewati batas, Netanyahu menanggapi, “Mereka yang mengatakan bahwa dalam kondisi apapun kita tidak boleh memasuki Rafah pada dasarnya mengatakan, ‘kalah dalam perang. Biarkan Hamas tetap di sana'”.