Ida Sesuhunan Pura Samuantiga Melasti di Pantai Masceti Bali,Ribuan Umat Mengiringi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Kabut tipis masih menyelimuti kawasan Pura Samuantiga, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, Minggu 5 Mei 2024, sekitar pukul 05.00 Wita.
Ratusan masyarakat yang mengenakan pakaian adat Bali sudah memadati areal pura.
Pagi tersebut, Ida Sesuhunan Pura Samuantiga akan lunga (melakukan perjalanan) ke Pantai Masceti, Blahbatuh dalam rangka upacara melasti.
Prosesi ini dilakukan dengan berjalan kaki dengan menempuh jarak sekitar 12 kilometer.
Meskipun jaraknya cukup jauh untuk pejalan kaki, namun para pengempon Pura Samuantiga, mulai dari anak-anak hingga orang tua, tampak semangat mengikuti prosesi ini.
Ada yang ngayah ‘mundut’ petapakan Ida Sesuhunan berupa barong, rangda dan sebagainya.
Ada, yang membawa umbul-umbul, memainkan gamelan dan ada juga yang hanya berjalan kaki mengiringi prosesi tersebut.
Adapun rute yang ditempuh ini, dimulai dari Jalan Raya Bedulu menuju ke Jalan Raya Bitera, mengarah ke Kota Gianyar, lalu masuk ke kawasan Desa Medahan untuk menuju Pantai Masceti.
Pagi tersebut, matahari bersinar cerah dan suasana libur yang menyebabkan lalu lintas padat di sepanjang jalan.
Rombong melasti ini tiba di pantai tepat sesuai waktu yang sebelumnya diperkirakan, yakni pukul 10.00 Wita.
Adapun sesuhunan krama adat yang mengiringi perjalanan melasti Ida Bhatara Pura Samuantiga ini, mulai dari Sesuhunan Banjar Adat Margasengkala, Tegalingggah, Yangloni Buruan, Wanayu, Mas dan Taman.
Semua banjar adat ini letaknya di wilayah ‘sedangin tukad’ Pura Samuantiga.
Sementara, banjar adat ‘sedauh pura’, ada Banjar Adat Margabingung, Batulumbang, Banjar Adat Tengah, Banjar Adat Lebah, Banjar Adat Goa, dan Banjar Adat Pekandelan.
Terdapat juga Banjar Adat Tengkulak Kaja, Tengkulak Tengah dan Tengkulak Kelod.
Berdasarkan informasi tetua setempat, pada zaman dulu Ida Bhatara Pura Samuantiga biasanya melasti di Pantai Lebih, Kecamatan Gianyar.
Namun seiring pantai tersebut mengalami abrasi, menyebabkan pantai tersebut tak lagi bisa menampung ribuan krama pengiring Ida Sesuhunan Pura Samuantiga.
Karena itu, krama pun sejak beberapa tahun lalu pindah ke Pantai Masceti.
Namun pantauan Tribun Bali, areal Pantai Masceti yang tergolong memiliki halaman luas di Kabupaten Gianyar inipun, tetap tidak bisa menampung semua krama.
Sebab, krama yang hadir dalam prosesi ini mencapai ribuan orang.
Setelah upacara di Pantai Masceti, Ida Sesuhunan kembali melanjutkan perjalanan ke arah timur Bypass Prof Ida Bagus Mantra, melewati Desa Lebih untuk menuju Lapangan Astina Gianyar yang saat ini menjadi Alun-alun Gianyar.
Menurut Krama setempat, ini merupakan ritme perjalanan para tetua zaman dulu.
Total jarak yang ditempuh iring-iringan ini sekitar 40 kilometer.
Dalam memperlancar perjalanan Ida Sesuhunan ini, aparat kepolisian pun diturunkan, dibantu oleh relawan RAPI (Radio Amatir Penduduk Indonesia) Bali.
Mereka menjaga lalu lintas di setiap persimpangan, sehingga lalu lintas tidak macet sampai lama, dan keselamatan para pengiring pun terjamin.
Selain itu, mereka juga mengawasi agar tidak terdapat anak-anak yang terpisah dari orangtuanya, karena saking banyaknya krama.
Dan, pada saat di Pantai Masceti, terdapat seorang anak yang terpisah dengan orangtuanya.
Para anggota RAPI Bali ini, langsung menjaga anak tersebut dan mencarikan orangnya.
Bendesa Bedulu, I Gusti Ngurah Susatia Putera mengatakan, upacara melasti ini serangkaian dengan akan berakhirnya piodalan di Pura Samuantiga.
Di mana Ida Bhatara Pura Samuantiga akan mesineb pada Senin 6 Mei 2024, sekitar pukul 22.00 Wita.
“Kami ucapkan terima kasih pada krama pengempon, masyarakat umum dan pihak yang terlibat dalam melancarkan upacara melasti, sehingga apa yang kita harapkan bisa berjalan sesuai harapan,” ujarnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali