Debat Capres: Pengamat Sebut Anies & Ganjar Lebih Dinamis, Prabowo Kaku
Debat Capres: Pengamat Sebut Anies & Ganjar Lebih Dinamis, Prabowo Kaku
jatim.jpnn.com, JEMBER – Pengamat Universitas Jember Dr Ikwan Setiawan menyebut capres Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berargumen lebih dinamis dibandingkan Prabowo Subianto yang tampak kaku dalam debat capres.
“Karena mengusung narasi perubahan, Anies lebih leluasa dalam menyampaikan keinginan ideal untuk perubahan dalam bidang pemerintahan, HAM, demokrasi, dan hukum,” katanya, Rabu (13/12).
Anies juga dinilai lebih tenang karena punya latar belakang akademis dan pengalaman ketika menangani masalah-masalah pelik di Jakarta, seperti izin pendirian tempat ibadah yang lama tidak ditangani dengan baik.
Namun, lanjut Ikwan, kepiawaian retorik itu terkadang membuat Anies melebarkan paparan. Jadi, tampak kurang fokus dalam menanggapi isu krusial seperti IKN yang ditanyakan Ganjar.
Menurut Ikhwan, memang benar IKN bermasalah, tetapi mestinya Anies lebih tegas, lanjut atau tidak. Itu yang diharapkan audiens. Hal sama juga ketika Anies menanggapi serangan Prabowo terkait dengan polusi Jakarta, narasinya bagus tetapi malah kurang fokus.
Adapun Prabowo dalam debat itu terlihat kaku dan kurang dinamis. Gagasannya terlalu umum, khas orang-orang lama. Selain itu, gagasannya kurang didukung pengalaman sehingga hanya tampak patriotik, tetapi kurang operasional.
Untuk yang operasional, lebih menyepakati gagasan Ganjar dan sebagian Anies. Sangat kentara, beban untuk melanjutkan rezim Jokowi menjadikannya kurang bisa menyampaikan gagasan secara leluasa.
“Sebagai calon pemimpin, Prabowo tampak berada dalam kotak karena terlalu menjaga citra baik Jokowi. Ketika menanggapi isu tentang etika pemerintahan dan terkait pelanggaran HAM berat, capres nomor urut dua menjadi tampak emosional,” ujarnya.
Ikwan mengatakan capres Ganjar meskipun memakai narasi perbaikan, memiliki keleluasaan, meskipun tak seleluasa Anies. Ganjar disebut berani menegaskan gagasan mengenai perbaikan dalam sektor pemerintahan, pertanian, usaha, HAM, apalagi hukum dan demokrasi.
Masalah-masalah itu yang masih menjadi ganjalan dalam pemerintahan Jokowi. Pengalaman panjangnya sebagai legislatif dan eksekutif memberikan keuntungan baginya untuk memaparkan konsep-konsep perbaikan yang semestinya diambil oleh pemerintah ke depan.
“Ganjar berani mempermasalahkan isu MK dan pelanggaran HAM berat. Meskipun sudah tampak keinginan kuat untuk memperbaiki apa-apa yang masih bermasalah, Ganjar masih kurang berani mengkritik dan mengeksplorasi kelemahan Jokowi,” ucapnya.
Ikwan mengatakan yang menarik dari debat perdana, realitas bahwa upaya untuk menyerang kandidat lain masih kurang menggigit. Namun “serangan” terhadap Prabowo oleh Anies perihal etika para elite dan oleh Ganjar tentang pelanggaran HAM berat menjadi pembeda.
“Tampak sekali bagaimana Prabowo masih menggunakan kerangka normatif demokrasi untuk menjawabnya,” ucapnya.
Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Unej itu menilai bahwa paparan dan tanggapan Ganjar dan Anies juga menarik untuk dicermati meskipun sempat berdebat perihal penanganan kasus hukum dan IKN. Keduanya memiliki perspektif yang bisa saling melengkapi.
Begitu pula ketika keduanya memaparkan gagasan terkait dengan pemerintahan, partai politik, dan hukum. Tampak sekali Anies dan Ganjar siap dengan konsep berbasis pengalaman panjang.
“Kalau sampai ada dua putaran dalam pilpres dan kekuatan mereka bisa bersatu, tentu akan menjadi daya dobrak untuk perbaikan dan perubahan Indonesia,” ujarnya. (antara/faz/jpnn)