Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?
Bank BNI.
JAKARTA, KOMPAS.com – Harga saham PT Bank Negara Indonesia (BBNI) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Kamis (2/5/2024) hingga 8 persen. Saham BBNI ditutup pada level Rp 4.830 per saham atau turun 420 poin.
Di hari tersebut net sell asing tercatat 202,9 miliar lembar saham senilai Rp 992 miliar.
Menurut Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, penurunan saham seiring sentimen negatif yang membayangi pergerakan saham BBNI, seperti pendapatan bunga bersih pada kuartal I 2024 tercatat menurun 9,77 persen YoY menjadi Rp 9,39 triliun dibanding periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar Rp 10,41 triliun.
Seiring dengan itu, beban bunga BBNI juga membengkak 47,53 persen YoY menjadi Rp 6,48 triliun. Di sisi kualitas aset, Non-Performing Loan (Gross) turun menjadi 2 persen setelah sebelumnya di periode yang sama pada tahun sebelumnya berada di level 2,8 persen.
Di sisi lain, kredit yang disalurkan pun mampu bertumbuh 9,6 persen YoY menjadi Rp 695,16 triliun sejalan dengan target BBNI yaitu di level 9 – 11 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat 4,9 persen YoY menjadi Rp 780,23 triliun.
Namun, Net Interest Margin (NIM) justru turun 4 persen YoY dibawah target manajemen yang sebesar 4,5 persen. Pada kuartal I-2024, BBNI mencatat laba bersih sebesar Rp 5,33 triliun atau naik 2 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,22 triliun.
“Dengan capaian ini memberikan indikasi bahwa kondisi perekonomian sangat mempengaruhi kinerja BBNI, kami menilai dengan meningkatnya suku bunga BI justru nantinya akan menurunkan penyaluran kredit dan meningkatkan rasio kredit macet atau NPL,” kata Maximilianus dalam analisisnya.
Dengan last price 4.830 dan PBV, 1,16x, Maximilianus menargetkan harga saham BBNI bisa mencapai 4.750 hingga 5.850, dan exit pada level 5.350 – 4.200.
Pada hari Kamis, BNI juga telah menandatangani Facility Agreement senilai 110 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,78 triliun dengan PT Barito Wind Energy, anak perusahaan dari PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), untuk akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap.
Adapun rinciannya, dana tersebut terbagi menjadi Tranche A sebesar 70 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,13 triliun untuk pembiayaan akuisisi, dan Tranche B sebesar 40 juta dollar AS atau sekitar Rp 646,72 miliar untuk General Corporate Purposes.
Sebagai informasi, saham – saham perbankan big caps mengalami tekanan sepanjang perdagangan hari Kamis. Saham Bank Mandiri (BMRI) turun 8,3 persen, Bank Syariah Indonesia (BRIS) dan Bank Rakyat Indoensia (BBRI) melemah 3,6 persen.