Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata
Foto yang diambil pada 6 Mei 2024 menunjukkan asap mengepul menyusul pengeboman di timur Rafah di Jalur Gaza selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borell pada tanggal 6 Mei mengutuk perintah Israel agar warga Palestina yang tinggal di Rafah timur meninggalkan kota Gaza menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi.
KAIRO, KOMPAS.com – Kelompok Palestina Hamas mengatakan pihaknya tidak bersedia berkompromi lebih banyak kepada Israel dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.
Saat ini, perundingan dilaporkan masih berlangsung di Kairo dengan tujuan untuk menghentikan sementara serangan Israel yang sudah berjalan tujuh bulan.
Israel sendiri terus melanjutkan serangan tank dan udara ke kota Rafah di Gaza selatan pada Rabu (8/5/2024) dan mengancam akan melakukan serangan besar terhadap kota tersebut.
Dilansir dari Reuters, pasukannya bergerak melalui perbatasan Rafah dengan Mesir sehari sebelumnya, memutus jalur bantuan penting dan satu-satunya jalan keluar untuk mengevakuasi pasien yang terluka.
Izzat El-Reshiq, anggota kantor politik Hamas di Qatar, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak akan melakukan kompromi lebih dari proposal gencatan senjata yang diterima, yang juga memerlukan pembebasan beberapa sandera Israel di Gaza dan Israel.
Wanita dan anak-anak Palestina juga masih ditahan di Israel.
“Israel tidak serius untuk mencapai kesepakatan dan menggunakan negosiasi tersebut sebagai kedok untuk menyerang Rafah dan menduduki persimpangan tersebut,” kata Reshiq.
Delegasi dari Hamas, Israel, Amerika Serikat, Mesir dan Qatar telah bertemu di Kairo.
AS mengatakan Hamas telah merevisi proposal gencatan senjatanya dan revisi tersebut dapat mengatasi kebuntuan dalam negosiasi.
Hanya beberapa jam sebelum pernyataan terbaru Hamas, AS terus mengatakan bahwa kedua belah pihak dekat dengan kesepakatan.
“Kami yakin ada jalan menuju kesepakatan. Kedua belah pihak sudah cukup dekat sehingga mereka harus melakukan apa yang mereka bisa untuk mencapai kesepakatan,” kata penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan.
AS bertujuan untuk mencegah invasi penuh Israel ke Rafah, dan seorang pejabat senior AS, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya, mengatakan Washington menghentikan pengiriman 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Israel telah menggunakan bom tersebut untuk membunuh warga sipil Palestina.
“Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom tersebut dan cara-cara lain yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat pemukiman,” katanya kepada CNN.