Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres
Wakil Presiden Terpilih Gibran Rakabuming Raka di Gedung DPRD Solo, pada Senin (6/5/2024).
JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden (Wapres) RI terpilih, Gibran Rakabuming mengaku, telah menyiapkan peta jalan politik dan menentukan bakal ikut perahu yang mana sebagai kendaraan politik selanjutnya.
Namun, Gibran tidak membocorkan terkait arahnya. Dia hanya menekankan bahwa komunikasi politik terus dilakukan tidak hanya dengan Partai Golkar.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, Gibran memang butuh kendaraan politik setelah tidak diakui bagian dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Apalagi, jika hendak kembali maju dalam kontestasi di tahun 2029.
“Dia butuh partai, butuh kendaraan apalagi misalkan jadi calon presiden atau calon wakil presiden di Pemiliu 2029 nanti. Butuh parpol (partai politik), butuh koalisi bahkan hingga 20 persen (presidential threshold),” kata Ujang kepada Kompas.com, Selasa (7/5/2024).
Namun, Ujang berpandangan bahwa Gibran pasti akan mempertimbangan kenyamanan dan posisi sebelum menentukan bakal bergabung dengan partai politik tertentu. Sebab, dia adalah Wapres RI terpilih dan akan segera dilantik menjadi orang nomor dua di negeri ini.
“Jadi masuknya itu harus nyaman. Ada kenyamanan lalu di saat yang sama punya posisi yang pas yang terhormat gitu karena posisinya sebagai wapres yang akan dilantik,” ujar Ujang.
Lebih lanjut, Ujang mengatakan, Gibran membutuhkan daya tawar untuk mendapat posisi penting di partai politik tertentu.
Oleh karena itu, dia menyebut, akan lebih menguntungkan jika proses masuk partai politik baru itu dilakukan Gibran setelah resmi dilantik sebagai Wapres RI.
“Kalau power-nya ingin besar, ya setelah dia dilantik jadi wapres masuk partai. Sebab, dia punya power, punya kekuatan, punya legitimasi, punya pengaruh kalau sudah dilantik menjadi wapres. Kalau sekarang belum dilantik, belum punya power,” kata Ujang.
Namun, Ujang mengingatkan bahwa keputusan akhirnya tetap berada di tangan Gibran. Termasuk, ke mana akhirnya akan berlabuh.
Sebelumnya, Ujang mengatakan, Partai Golkar memiliki peluang lebih besar dipilih Gibran untuk saat ini. Sebab, partai berlambang pohon beringin itu juga sudah sangat terbuka menerima putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut.
Hanya saja, menurut Ujang, Gibran akan sulit jika mengincar kursi ketua umum Partai Golkar karena tidak memenuhi syarat. Lalu, apabila dipaksakan berpotensi menimbulkan resistensi dari para senior Golkar. Bahkan, kader partai tersebut di seluruh Indonesia.
Sebagai informasi, pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih periode 2024-2029 bakal dilakukan pada 20 Oktober 2024.
Siap berlabuh ke parpol
Sebelumnya, Gibran mengaku telah menyiapkan road map atau peta jalan politik ke depan.
“Ya kita sudah menyiapkan road map ke depan. Arahnya ke mana, ikut perahunya siapa, sudah kita siapkan,” kata Gibran, saat di KPU Kota Solo pada 2 Mei 2024.
Namun, Gibran menepis saat disinggung soal Partai Golkar yang telah mengklaim bahwa dirinya telah bergabung sebagai kader.
“Loh, kalau kami, saya pribadi, baik dengan semua partai. Bahkan, dengan teman-teman PDI-Perjuangan,” ujar dia.
Wali Kota Solo ini juga mengaku, berteman dan saling memberi kabar dengan kader partai politik lain.
“Sekali lagi, kami masih berteman baik, masih saling memberikan masukan dan masih WhatsApp,” kata Gibran.
PDI-P tak akui Gibran
Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI-P Komarudin Watubun sebelumnya mengatakan bahwa Gibran sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI-P.
Menurut Komarudin, keputusan partai mencoret Gibran sebagai kader sudah berlaku sejak resmi menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto.
Selain itu, Komarudin mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan dari bagian PDI-P lagi.
Hal itu disampaikan Komarudin saat ditanya status Jokowi sebagai kader PDI-P setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menolak permohonan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Ah, orang (Jokowi) sudah di sebelah sana, bagaimana mau dibilang bagian masih dari PDI Perjuangan? Yang benar saja,” kata Komarudin ditemui di Kantor DPP PDI-P, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta pada 22 April 2024.
Sikap Presiden Jokowi selama pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dinilai berbeda dengan PDI-P yang telah membesarkannya.
Jokowi diduga kuat mendukung putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Diketahui, PDI-P bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, dan Hanura mengusung pasangan Ganjar-Mahfud pada Pilpres 2024.