Dorong Sri Mulyani Maju Pilkada Jakarta,Kader PDIP: Beliau Kuasai Masalah
TRIBUNMANADO.CO.ID, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani didorong maju Pilkada Daerah Khusus Jakarta 2024.
Sri Mulyani bersaing dengan sejumlah kader populer PDIP seperti Basuki Tjahaja Purnama, Menteri Sosial Tri Rismaharini dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Anggota Fraksi PDIP di DPRD Provinsi Jakarta, Gilbert Simanjuntak mengakui nama Sri Mulyani menjadi santer diperbincangkan publik maupun akademisi.
“Ada satu nama yang juga santer. Ibu Sri Mulyani,” ujarnya dikutip dari YouTube televisi nasional, Senin 29 April 2024.
Menurut Gilbert, cukup menarik. “Kita anggap kapabel, punya kemampuan, menguasai permasalahan,” katanya.
Lanjut Gilbert, kemampuan seperti Sri Mulyani jika dimajukan ke (Pilkada) Jakarta, sangat luar biasa.
Menurut dia, PDIP punya banyak kader. “Persoalannya kan Ibu Risma bukan tidak mau tapi ada kendala,” kata dia.
Sebelumnya, Risma menanggapi kabar dirinya masuk dalam nama yang potensial dimajukan menjadi bakal calon Gubernur Jakarta dari PDIP.
Risma mengatakan dirinya tidak mau maju menjadi calon gubernur Jakarta lantaran tidak memiliki modal uang maupun keberanian.
Selain itu, Risma tidak berani maju dalam Pilkada Jakarta karena tanggung jawab yang besar sebagai kepala daerah.
Masih menurut Gilbert, untuk Pilkada Jakarta, beberapa nama yang muncul dari PDIP seperti Risma, Andika Perkasa dan Sri Mulyani.
Rematch Ahok vs Anies
Rematch Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) versus Anies Baswedan di Pilkada Daerah Khusus Jakarta 2024?
Analis dari Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai pertarungan ulang antara kedua tokoh sangat tergantung dari PDIP.
Menurut Burhan, sebagai partai besar, PDIP tentu akan mengkaji siapa figur calon yang berpeluang besar terpilih.
Kata dia, Ahok memang sudah dikenal di publik Jakarta. Banyak pendukung dia pada Pilkada 2017. Tapi apakah kasus hukum (Ahok) berimplikasi pada politik elektoral tentu perlu dikaji.
“Rematch ini tentu ada peluang, tapi seberapa besar itu akan terjadi, sangat bergantung kepada PDIP membukakan pintu buat Ahok atau tidak,” ujar Burhan dikutip dari YouTube televisi nasional, Senin 29 April 2024.
Burhan bilang, ada banyak variabel yang dihitung. Pertama, berkaitan dengan persoalan hukum. “Apakah kasus hukum yang dulu pernah dialami Ahok itu punya implikasi secara politik untuk bisa maju dalam pentas politik. Ini harus dikaji,” ujarnya.
Yang kedua, menurutnya, persoalan elektoral. Bagaimanapun partai, PDIP ingin unggul. “Kalau tidak lihat Ahok setelah kekalahan 2017 karena isu agama, Ahok punya satu segmen masyarakat yang sangat loyal,” katanya.
Tetapi juga punya segmen lain yang begitu anti terhadap Ahok. “Kalau misalnya segmen yang kedua lebih besar proporsinya, sulit buat Ahok untuk bisa menciptakan kejutan secara elektoral,” kata dia. (Tribun)