Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
RAFAH, KOMPAS.com – Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan kemungkinan dampak buruk jika terjadi serangan di Kota Rafah Gaza selatan.
Pasalnya, terdapat sebanyak 1,2 juta orang yang mengungsi di Rafah untuk mencari perlindungan dari perang Israel-Hamas yang berlangsung selama hamper tujuh bulan.
Hal itu diungkapkan Tedros pada Jumat (3/5/2024) ketika mengumumkan rencana darurat. Dikatakan bahwa serangan Rafah dikhawatirkan dapat menyebabkan pertumpahan darah.
“WHO sangat prihatin bahwa operasi militer skala penuh di Rafah, dapat menyebabkan pertumpahan darah, dan semakin melemahkan sistem kesehatan yang sudah rusak,” kata Tedros di media sosial X, dikutip dari AFP pada Sabtu (4/5/2024).
Dalam sebuah pernyataan, WHO mengumumkan upaya darurat, namun memperingatkan sistem kesehatan yang rusak tidak akan mampu mengatasi lonjakan korban dan kematian akibat serangan Rafah.
“Rencana darurat ini adalah Band-Aids,” ujar Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina kepada wartawan di Jenewa.
“Ini sama sekali tidak akan mencegah tambahan angka kematian dan kesakitan yang diperkirakan disebabkan oleh operasi militer,” imbuh dia.
Menurut WHO, sebagian besar fasilitas kesehatan di wilayah yang terkepung telah rusak atau hancur di tengah pemboman besar-besaran dari Israel.
Hanya 12 dari 36 rumah sakit di Gaza dan 22 dari 88 fasilitas kesehatan primer yang berfungsi sebagian.
“Sebagai bagian dari upaya darurat, WHO dan mitranya berupaya segera memulihkan dan menghidupkan kembali layanan kesehatan,” terang pernyataan itu.
Ia menambahkan bahwa tiga rumah sakit di Rafah yang saat ini beroperasi bisa tak terjangkau ketika permusuhan meningkat di sekitar mereka.
Sebaliknya, WHO berupaya memulihkan rumah sakit terbesar di Gaza selatan, Kompleks Medis Nasser di dekat Khan Younis, dan membangun fasilitas medis tambahan.
Operasi militer di Rafah dapat memicu gelombang pengungsian baru, yang menyebabkan kepadatan penduduk, terbatasnya akses terhadap makanan, air dan sanitasi serta lebih banyak wabah penyakit.
Dalam pernyataannya, WHO menyerukan gencatan senjata segera dan jangka panjang serta penghapusan hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan mendesak ke dalam dan di seluruh Gaza, pada skala yang diperlukan.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk menghancurkan kelompok Hamas yang tersisa di Rafah, tempat sebagian besar penduduk Gaza mencari perlindungan dari perang selama hampir tujuh bulan.