Cocok Jadi Usaha Sampingan, Pemuda di Blitar Budidaya Ulat Maggot: Perawatan Mudah dan Murah

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR – Budidaya ulat maggot menjadi peluang usaha sampingan yang menggiurkan di Kota Blitar.

Cara perawatan yang mudah dan biaya murah membuat bisnis ulat maggot berpeluang menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Seperti yang dilakukan Riki Widianto (27), pemuda asal Jl Rambutan Kelurahan, Karangsari, Kota Blitar, ini.

Di sela-sela kesibukannya berkebun buah belimbing, Riki mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menekuni usaha budidaya ulat maggot.

“Saya mulai budidaya ulat maggot sekitar setahunan ini. Panennya belum besar, tapi lumayan buat tambahan penghasilan,” kata Riki.

Riki menggunakan lahan milik kelompok tani di dekat Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) Kelurahan Tanjungsari untuk budidaya maggot.

Tempat budidaya maggot tidak begitu luas dan masih bisa digabung dengan kandang kelinci. Ia memakai nampan plastik untuk budidaya ulat maggot.

Nampan plastik yang sudah diisi ulat maggot ditaruh di dalam kandang kawat agar tidak dimangsa tikus.

“Budidaya ulat maggot tidak butuh tempat luas dan perawatannya mudah. Biaya budidayanya juga murah,” ujarnya.

Ia menjelaskan, budidaya ulat maggot diawali dengan penetasan telur dari indukan lalat hitam.

Ia menggunakan potongan kayu sebagai tempat bertelur lalat. Satu indukan lalat bisa menghasilkan�300-500�telur ulat maggot.

“Setelah bertelur, indukan lalat biasanya mati. Setelah tiga hari, telur menetas dan menjadi ulat maggot,” katanya.

Ulat maggot yang baru menetas itu kemudian dipindah ke nampan plastik. Sebelum dipindah, nampan plastik diberi media katul dan diberi sedikit air.

Lalu, di atas katul diberi plastik untuk meletakkan ulat maggot yang baru menetas. Setelah ulat maggot besar, biasnya akan turun sendiri ke bawah plastik untuk memakan katul.

“Kalau tidak diberi plastik, ulat maggot yang baru menetas bisa busuk,” ujarnya.

Setelah itu, ia tinggal memantau makanan untuk ulat maggot. Jika makanan habis, ia tinggal menambahkan makanan ke dalam nampan.

Makanan ulat maggot juga murah. Ia memanfaatkan limbah dari sampah organik rumah tangga untuk makanan ulat maggot.

“Makanannya sampah organik mulai sayuran, nasi busuk, buah busuk. Saya juga pakai buah belimbing busuk dari kebun untuk makanan ulat maggot,” katanya.

Ulat maggot bisa dipanen setelah usia tiga minggu. Sekali panen, ia bisa menghasilkan satu sampai dua kuintal ulat maggot.

Hasil panen ulat maggot dijual kepada para peternak unggas dan ikan di Blitar. Ulat maggot digunakan sebagai pengganti pakan pabrikan untuk ternak unggas dan ternak ikan.

Jika harga jualnya Rp 6.000 per kilogram, maka ia bisa mendapatkan uang dari hasil budidaya ulat maggot Rp 1,2 juta sekali panen.

“Harga jual ulat maggot sekitar Rp 5.000 per kilogram sampai Rp 6.000 per kilogram,” katanya.

Menurut Riki, budidaya ulat maggot bisa menjadi peluang usaha sampingan yang menjanjikan di Blitar.

Selain perawatan mudah, biaya perawatan budidaya ulat maggot juga murah. Budidaya ulat maggot bisa dilakukan sambil bekerja lainnya.

Di sisi lain, budidaya ulat maggot juga bagian menjaga kelestarian lingkungan. Sebab, ia memanfaatkan limbah dari sampah rumah tangga untuk makanan budidaya ulat maggot.

“Peluang usaha budidaya ulat maggot menjanjikan. Karena permintaan ulat maggot di Blitar banyak, sedang yang budidaya masih sedikit. Banyak peternak unggas di Blitar yang butuh ulat maggot untuk pakan ternak,” katanya.

Dikatakannya, ulat maggot bisa menjadi pengganti hampir 50 persen pakan pabrikan untuk ternak unggas.

“Makanya, kami juga bermitra dengan beberapa warga untuk budidaya ulat maggot di Kota Blitar. Di sini juga jadi tempat pelatihan untuk budidaya ulat maggot,” ujarnya.