Ilustrasi pohon besar.
KOMPAS.com – Para ilmuwan menanam sejumlah pohon yang disebut sebagai “fosil hidup” di beberapa lokasi rahasia dalam upaya mengembalikan spesies dari ambang kepunahan.
Meski demikian, upaya tersebut diperkirakan dapat memakan waktu berabad-abad hingga membuahkan hasil.
Tanaman yang mereka tanam adalah spesies pinus wollemi (Wollemia nobilis), yang diyakini telah menghilang sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Pinus wollemi disebut sebagai “fosil hidup” karana pohon ini identik dengan sisa-sisa yang diawetkan yang berasal dari periode Cretaceous (145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu), dikutip dari Live Science (15/9/2023).
Fosil-fosil spesies yang berasal dari periode tersebut juga menunjukkan bahwa mereka hampir tidak berubah bentuknya sejak saat itu.
Namun pada 1994, para pejalan kaki di Blue Mountains Australia menemukan tegakan peninggalan tumbuhan runjung purba ini.
Lokasi penanaman pohon Pinus Wollemi
Saat ini, hanya ada sekitar 60 pohon pinus wollemi yang tersisa di Taman Nasional Wollemi.
Meski begitu, keberadaan pinus wollemi juga terancam oleh Phytophthora cinnamomi, jamur air patogen yang menyebabkan kematian. Selain itu, pohon purba ini juga terancam oleh kebakaran hutan yang merajalela yang sesekali melanda wilayah New South Wales itu.
Sejak ditemukan kembali, pinus wollemi telah ditanam di kebun raya dan ruang pribadi di seluruh dunia.
Tim Pemulihan Pinus Wollemi, sebuah kemitraan antara ilmuwan pemerintah Australia dan ahli konservasi, telah memulai proses pengenalan kembali bibit ke tiga lokasi di Taman Nasional Wollemi.
“Lokasi-lokasi tersebut terdiri dari ngarai batu pasir dataran tinggi yang cukup dalam, sempit, dan curam untuk menyediakan tempat berlindung dari kebakaran hutan yang sering terjadi dan kekeringan,” ujar para perwakilan dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Live Science, Rabu (28/2/2024).
“Tidak ada bukti infeksi spesies Phytophthora patogen di kedua lokasi ketika disurvei sebelum translokasi, dan ada kemungkinan kecil (tetapi tidak nol) kemungkinan kunjungan yang tidak sah karena keterpencilannya,” sambungnya.
Upaya penanaman yang dilakukan untuk melestarikan
Setelah upaya transplantasi percontohan di 2012, tim pemulihan memulai proyek yang lebih intensif di 2019.
Lebih dari 400 anakan ditransplantasikan di dua lokasi dan karena kondisi kekeringan, tim kemudian mengangkut beberapa ribu galon air ke area tanaman untuk membantu mereka bertahan hidup.
Di tahun yang sama, sejumlah besar pohon hancur akibat kebakaran hutan. Hanya 58 anakan pohon yang berhasil bertahan hingga tahun 2023.
Pada 2021, 502 pohon Pinus Wollemi ditanam di lokasi tersebut untuk menggantikan pohon-pohon yang hilang akibat kebakaran.
“Kelangsungan hidup telah jauh melampaui ekspektasi, sebagian karena kondisi La Nina yang menguntungkan selama beberapa tahun setelah penambahan populasi pada tahun 2021,” ujar para peneliti.
La Nina adalah pola iklim periodik yang menampilkan perairan yang lebih dingin dari rata-rata di pasifik ekuator tengah dan timur-tengah.
Peningkatan curah hujan akibat fenomena iklim ini menguntungkan transplantasi baru, namun hal itu tampaknya akan segera berakhir.
Tanah longsor yang disebabkan oleh hujan lebat pada 2022 juga menyebabkan lebih banyak korban jiwa, tetapi lebih dari 80 persen selamat.
Alasan mengapa lokasi disembunyikan
Para ilmuwan mengatakan, akan ada lebih banyak lagi pohon pinus wollemi yang akan ditanam pada 2024.
Tim telah mengambil langkah-langkah ekstensif untuk mencegah masuknya Phytophthora ke lokasi.
Lokasi mereka disembunyikan dari publik dan bahkan tim reintroduksi membatasi waktu mereka di dekat tanaman.
Mereka berulang kali mendisinfeksi sepatu mereka untuk mengurangi kemungkinan mereka membawa jamur air. Bahkan beberapa spora saja dapat menyebabkan kematian bagi populasi yang baru lahir ini.
Para ilmuwan juga sengaja menempatkan beberapa pohon muda di area yang mungkin mengalami kebakaran hutan untuk membantu mengatasi kesenjangan pengetahuan terkait respons dan kemampuan mereka untuk mentoleransi api.
Meskipun populasi baru ini dipantau secara intensif, nasib spesies ini di alam liar masih jauh dari terjamin.
Pohon-pohon muda tumbuh kurang dari 0,4 inci (1 cm) per tahun, sehingga butuh waktu puluhan tahun untuk mencapai kematangan dan menghasilkan biji.
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII