Brasil Dilanda Banjir Terparah dalam Sejarah, 75 Warga Dilaporkan Meninggal
Foto udara dari daerah yang terkena dampak topan ekstratropis di Kota Muçum, Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil, diambil pada tanggal 5 September 2023. Hujan deras dan angin kencang yang disebabkan oleh topan ekstratropis telah menewaskan sedikitnya 21 orang di Brasil selatan.
KOMPAS.com – Banjir besar melanda negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil sejak Selasa (29/4/2024).
Banjir bandang ini dipicu akibat curah hujan tinggi disertai badai yang menyebabkan permukaan sungai naik dan menggenangi setidaknya 114 kota di berbagai wilayah.
Pemerintah Rio Grande do Sul melaporkan, risiko banjir parah akan banyak terjadi di daerah aliran sungai diikuti pergerakan tanah di wilayah dengan kemiringan curam.
Gubernur Rio Grande do Sul, Eduardo Leite mengatakan telah berbicara dengan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva untuk mencari bantuan akibat bencana.
“Kami mengalami momen terburuk di Rio Grande do Sul, bencana terburuk dalam sejarah kami,” ujarnya, diberitakan Reuters (2/5/2024).
“Sungguh, tidak masuk akal, luar biasa seriusnya apa yang terjadi di Rio Grande do Sul saat ini. Sayangnya, keadaannya akan menjadi lebih buruk,” sambungnya.
Menurutnya, badai menyebabkan kerusakan terparah di negara bagian Rio Grande do Sul selama beberapa tahun terakhir.
Bencana ini membuat beberapa kota terisolasi akibat jembatan-jembatan runtuh, serta jalan-jalan hancur diterjang banjir dan tanah longsor.
Untuk menangani bencana tersebut, Leite meliburkan sekolah di seluruh negara bagian dan meminta bantuan dari angkatan bersenjata.
Dipicu El Nino
Hujan deras yang melanda negara bagian Rio Grande do Sul sejak Senin (28/4/2024) hingga Minggu (5/5/2024) dipicu oleh fenomena El Nino.
Institut Meteorologi Nasional Brasil melaporkan, curah hujan tinggi dengan lebih dari 300 mm turun dalam waktu kurang dari seminggu di beberapa kawasan, seperti lembah, lereng gunung, dan perkotaan.
Kondisi ini menimbulkan kenaikan beberapa sungai.
Sungai Guaiba, misalnya, mencapai rekor ketinggian 5,33 meter pada Minggu pagi akibat hujan lebat.
Ini melampaui ketinggian sungai saat terjadi banjir bersejarah di Brasil pada 1941 yang mencapai 4,76 meter.
Fenomena El Nino terjadi secara berkala akibat permukaan air di wilayah Pasifik Khatulistiwa menghangat.
Di Brasil, El Nino secara historis menyebabkan kekeringan di wilayah utara dan curah hujan tinggi di wilayah selatan, salah satunya di Rio Grande do Sul.
“Tragedi ini akan terus terjadi, semakin buruk dan semakin sering terjadi,” kata koordinator Climate Observatory Suely Araujo, dikutip dari Al Jazeera.
Hujan lebat belakarangan merupakan bencana lingkungan keempat yang terjadi di negara bagian Rio Grande do Sul dalam satu tahun belakangan.
Sebelumnya, banjir terjadi pada Juli, September, dan November 2023 yang menewaskan 75 orang.
75 warga meninggal dan 155 orang hilang
Pemerintah Rio Grande do Sul melaporkan setidaknya 75 orang meninggal dunia akibat banjir hingga Minggu (5/5/2024).
Selain itu, 155 orang dilaporkan terluka, sebanyak 103 orang lainnya dilaporkan hilang akibat bencana ini.
Kerusakan akibat banjir dan hujan deras menyebabkan lebih dari 88.000 warga meninggalkan rumah mereka. Sekitar 16.000 orang mengungsi di sekolah, gimnasium, dan tempat penampungan sementara lainnya.
Banjir juga memicu tanah longsor, jalan rusak, dan jembatan runtuh di seluruh negara bagian.
Tak hanya itu, pemadaman aliran listrik dan jalur komunikasi juga memperparah kondisi di wilayah itu. Sementara, lebih dari 800.000 orang tidak mempunyai pasokan air bersih.
Eduardo Leite menegaskan, pemerintah memerlukan rencana serius untuk mengatasi bencana dan membangun kembali wilayah yang rusak dilanda banjir.
“Saya ulangi dan tegaskan, kehancuran yang kita alami belum pernah terjadi sebelumnya,” seru Leite.