Bibit Siklon 91P Terdeteksi di Indonesia, Apa Dampaknya?
Bibit siklon tropis 91P terpantau di Indonesia.
KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya bibit siklon tropis 91P di sekitar wilayah Indonesia, Minggu (5/5/2024).
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, bibit siklon tropis 91P tersebut terpantau di laut Arafuru sebelah timur Kepulauan Aru, Maluku dengan kecepatan angin maksimum 28-46 km per jam dan tekanan udara minimum 1005 hPa.
Kendati demikian, Guswanto menegaskan bahwa bibit siklon tropis itu belum menjadi siklon tropis.
“Perlu ditekankan, ini yang terpantau masih bibit siklon tropis. Belum menjadi siklon tropis,” ujar dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (6/5/2024) pagi.
BMKG sendiri memprediksi dalam 24 jam ke depan atau Selasa (7/5/2024), bibit siklon tropis 91P berpeluang rendah menjadi siklon tropis dengan arah gerak perlahan ke arah Timur.
Sedangkan dalam 48-72 atau pada Rabu-Kamis jam ke depan (8-9/5/2024), bibit siklon tropis berpeluang rendah menjadi siklon tropis.
Update pantauan bibit siklon tropis 91P, 6 Mei 2024
Hasil pantauan BMKG pada Senin (6/5/2024), bibit siklon tropis 91P masih terpantau di sekitar Laut Arafura sebelah timur Kepulauan Aru, Maluku bagian tenggara.
“Analisis pagi ini pukul 07.00 WIB (00 UTC) pusat sirkulasinya berada pada posisi sekitar 6,3 derajat LS 136,4 derajat BT dengan kecepatan angin yang terpantau di sekitar sistem berkisar
10-25 knots atau 19-46 km per jam, angin 25 knot terutama terpantau di sebelah timur laut sistem,” tutur Guswanto.
Pengamatan dari citra satelit Himawari-9 kanal Enhanced-IR menunjukkan, aktivitas konvektif yang cukup signifikan pada 24 jam yang lalu dengan menunjukkan adanya pola siklogenesis berupa pola curve band dan pola awan cirrus yang menunjukkan adanya satu outflow channel di bagian selatan.
Namun, aktivitas itu mengalami penurunan cukup signifikan pada siang hari hingga malam.
Dalam 12 jam terakhir, terpantau aktivitas konvektif kembali meningkat tetapi tidak cukup signifikan untuk kembali membentuk pola awan khas siklogenesis.
Adapun sirkulasi angin masih terpantau di lapisan permukaan hingga menengah dan terlihat cukup lemah dan melebar hingga ke daratan Papua.
Penyebab kemunculan bibit siklon 91P
Terkait kemunculan bibit siklon 91P, Guswanto menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan bibit siklon tropis terbentuk.
Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO) dan Equatorial Rossby yang secara spasial aktif di sekitar sistem dan berada pada perairan yang hangat (30 – 31 derajat Celsius).
Kedua, kelembaban udara yang cukup basah dan vortisitas sedang-tinggi pada
lapisan bawah hingga menengah (850-500mb).
Penyebab berikutnya adalah divergensi lapisan atas dalam kategori cukup kuat (20-30 s-1) serta masukan massa udara ke sistem dari selatan.
Adapun kondisi yang dapat menghambat pertumbuhan bibit siklon tropis 91P adalah vertical wind shear berada pada kisaran sedang-kuat (20-25 knots), dekat dengan equator, lokasi tumbuh yang berada di perairan sempit, dan kecenderungan pergerakan ke arah 91P timur menuju daratan Papua.
Dampak kemunculan bibit siklon 91P
Bibit siklon tropis 91P memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap kondisi cuaca di Indonesia dalam 24 jam kedepan.
Dampak kemunculan bibit siklon 91P yang terpantau di wilayah Indonesia ini menyebabkan terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi.
Berikut rincian dampak kemunculan bibit siklon 91P di Indonesia dan wilayah yang mengalaminya:
1. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat
Terjadi di wilayah:
- Maluku bagian Tenggara
- Papua Selatan
- Papua Pegunungan
2. Angin kencang
Terjadi di wilayah:
- Maluku bagian Tenggara
- Papua Selatan
3. Gelombang tinggi 1.25-2,5 meter
Terjadi di perairan:
- Laut Banda
- Perairan Selatan Kepulauan Sermata-Leti
- Perairan Selatan Kepulauan Babar-Tanimbar
- Perairan Selatan Kepulauan Kai-Aru
- Laut Arafuru.