Bakteri Bermutasi di Stasiun Luar Angkasa, Jadi Strain Baru yang Belum Pernah Ada di Bumi
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dari luar Bumi. Bakteri yang belum pernah ada di Bumi ditemukan di dalam ISS [Dok. NASA].
KOMPAS.com – Para astronot sekaligus ilmuwan yang berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) menemukan beberapa bakteri mampu bermutasi menjadi strain baru yang belum pernah ada di Bumi.
Lima bakteri jenis Enterobacter bugandensis yang menyebabkan alergi dan resistan terhadap berbagai obat diketahui berada di dalam ISS sejak 2018.
Namun, studi limiah terbaru menunjukkan, kelima bakteri ini bermutasi menghasilkan 13 strain bakteri baru yang tahan hidup di luar angkasa dan bahkan belum pernah ditemukan ada di Bumi.
Studi tersebut bermanfaat untuk menjaga kesehatan para astronot yang tinggal dan bekerja di luar angkasa, di dalam ISS.
Ada bakteri di luar angkasa
Diberitakan BGR (2/4/2024), lima jenis bakteri Enterobacter bugandensis ditemukan berada di ISS pada 2018. Meski terisolasi di luar angkasa, stasiun itu tidak lantas bebas dari bakteri dan kuman.
ISS merupakan lingkungan yang sangat terkontrol. Penemuan bakteri ini tentu menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai upaya perjalanan ruang angkasa di masa depan.
Mikroba dan bakteri masuk ke ISS biasanya karena terbawa oleh para astronot dan peralatan mereka dari Bumi.
Meski dilakukan tindakan pembersihan dan sanitasi, bakteri itu masih hidup. Mikroba itu bahkan dapat beradaptasi dengan kondisi berbeda di dalam ISS.
Perbedaan gaya berat mikro dan radiasi di dalam ISS lalu berpotensi menyebabkan bakteri-bakteri itu bermutasi menjadi jenis baru yang belum pernah terlihat di Bumi.
Karena banyak bakteri menimbulkan penyakit, para ilmuwan berusaha memverifikasi jenis bakteri yang ada dalam ISS. Ini dilakukan untuk memastikan astronot tetap sehat selama bertugas di luar angkasa.
Bakteri di ISS bermutasi
Para ilmuwan di dalam ISS yang dipimpin oleh Dr. Kasthuri Venkateswaran dari Jet Propulsion Laboratory NASA kemudian melakukan studi ilmiah terhadap kelima bakteri tersebut.
Hasilnya menunjukkan bahwa lima bakteri Enterobacter bugandensis bermutasi menjadi 13 strain bakteri baru di luar angkasa.
Para peneliti melalui makalah hasil penelitian pada Maret 2024 mencatat bakteri tersebut bermutasi menjadi spesies yang berbeda secara genetik dan fungsional dari strain mereka di Bumi.
“Kami mengidentifikasi gen tertentu dari penelitian kami yang secara eksklusif terdapat pada organisme yang terkait dengan ISS, namun tidak pada organisme terestrial,” tulis para peneliti, dikutip dari Bored Panda (2/4/2024).
Para peneliti percaya lingkungan unik ISS selaku tempat penemuan bakteri tersebut menjadi faktor yang mendorong terjadinya mutasi hingga menjadi bakteri yang belum pernah terlihat di Bumi dan bahkan dapat beradaptasi dengan kondisi keras di luar angkasa.
NASA mengatakan, 13 strain tersebut mampu bertahan di ISS seiring berjalannya waktu dengan jumlah yang signifikan.
“E. bugandensis hidup berdampingan dengan banyak mikroorganisme lain, dan dalam beberapa kasus dapat membantu organisme tersebut bertahan hidup,” tambah NASA.
Bakteri baru ini merupakan patogen oportunistik atau bakteri yang hanya akan menyebabkan penyakit pada seseorang jika dia sedang berjuang melawan penyakit atau memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
Penelitian lindungi astronot
Mutasi yang cepat pada bakteri di ISS menyebabkan para peneliti terus berusaha mempelajari perubahan ini untuk memahami potensi dampak perubahan tersebut pada kesehatan astronot dan eksplorasi ruang angkasa di masa depan.
Pengetahuan ini sangat penting untuk melindungi kesehatan astronot saat mereka tinggal dan bekerja di lingkungan stasiun luar angkasa yang tertutup dan dibangun manusia.
Adapun 13 strain bakteri baru yang ditemukan termasuk patogen penyebab penyakit pada orang dengan kekebalan tubuh lemah atau sedang sakit.
Umumnya, para astronot di ISS telah menjalani pengujian ketat sehingga mereka jarang sakit dan punya sistem kekebalan tubuh baik.
Meski begitu, mereka telah menghabiskan banyak waktu di luar angkasa. Ini membuat sistem kekebalan tubuh bisa melemah. Akibatnya, mereka lebih mudah terserang penyakit dari bakteri, termasuk 13 strain bakteri baru tersebut.
Karena itu, para ilmuwan berharap temuan bakteri baru di dalam ISS ini akan membantu mereka lebih memahami ekosistem mikroba di ISS sehingga memudahkan dalam usaha menemukan cara-cara baru untuk memitigasi ancaman-ancaman bakteri asing di masa depan.