Babak Baru Kasus Penganiayaan Taruna STIP Asal Klungkung,Polisi Tetapkan 3 Tersangka Baru
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Kasus penganiayaan taruna STIP Jakarta asal Bali memasuki babak baru usai kepolisian menetapkan 3 tersangka lain selain Tegar.
Tegar Rafi Sanjaya (21) menjadi tersangka utama dalam kasus kematian akibat penganiayaan yang berakhir menyebabkan Putu Satria Ananta Rustika (19) meninggal dunia.
Keempat tersangka, termasuk Tegar, merupakan taruna tinggat II atau senior dari korban (Putu Satria Ananta Rustika).
Pihak keluarga sudah mengetahui informasi penambahan tersangka itu pada, Rabu sore 8 Mei 2024 lalu.
“Kemarin sore sudah dapat informasi dari Jakarta. Infonya ada penambahan 3 tersangka, jadi 4 orang,” ujar ibu dari Putu Satria, Nengah Rusmini, pada Kamis 9 Mei 2024.
Rusmini menegaskan, pihak keluarga dan kuasa hukum masih terus mencari bukti baru, agar semua pelaku yang ikut melakukan kekerasan terhadap anaknya dapat ditangkap.
“Memang dari awal sudah ganjil, tubuh anak saya banyak luka lebam seperti itu, kok tersangka hanya satu orang,”
“Itu tidak mungkin, saya yakin pelakunya lebih dari 1 orang,” ungkap Rusmini yang juga tenaga medis di RSUD Klungkung.
Ia akan terus bertekad untuk mencari keadilan demi putranya, sampai semua pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal.
“Saya sangat memohon bantuan rekan media untuk mengawal kasus ini, sehingga keluarga mendapat keadilan yang seadil-adilnya,”
“Sehingga kematian anak saya ini tidak sia-sia,” jelas Rusmini
Semeentara pihaknya juga belum menerima permintaan maaf dari pihak keluarga pelaku.
“Permintaan maaf belum ada (dari keluarga pelaku), tidak ada itikad baik sama sekali,” ungkap Rusmini.
Rekaman CCTV Ungkap Detik-Detik Memilukan: Tragedi yang Merenggut Nyawa Putu Satria di STIP Jakarta (Kolase Istimewa)
Menhub Rombak Sistem Pendidikan di Sekolah Kedinasan Kemenhub
Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi meminta maaf ke keluarga Putu Satria di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, Kamis 9 Mei 2024.
Dalam kesempatan itu, Budi Karya Sumadi berjanji akan melakukan reformasi atau perombakan sistem pendidikan di setiap sekolah vokasi di bawah naungan Kementerian Perhubungan, satu diantaranya STIP Jakarta.
“Apa yang dialami ananda Rio (panggilan Putu Satria), kami kenang sebagai suatu kejadian yang mendalam. Jadi dasar reformasi pendidikan vokasi Kemenhub,” ujar Budi Karya Sumadi.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Budi Karya Sumadi telah membebastugaskan direktur hingga beberapa pejabat di STIP Jakarta.
Dalam jangka pendek, pihak Kementerian Perhubungan juga mempertimbangkan untuk melakukan moratorium terhadap satu angkatan di STIP.
Sehingga untuk angkatan tahun ini, STIP tidak melakukan rekrutmen terhadap calon taruna tingkat I.
“Jadi kita akan putus satu angkatan, memutus tradisi jelek dan tidak ada lagi senior junior,” tegas Budi Karya Sumadi.
Selain itu, nantinya sistem asrama hanya akan diberikan kepada anak-anak tingkat I, sementara anak tingkat selanjutnya bisa tinggal di kos-kos di sekitar kampus.
“Kami juga akan libatkan orang tua untuk ikut mengasuh anak didik, melalui komite sekolah,” jelas Budi Karya Sumadi.
Bahkan perombakan juga dilakukan hingga atribut kampus.
Menurutnya atribut yang selama ini dikenakan, terkesan memunculkan persepsi dan pemisah antara senior dan junior.
“Ke depan semua atribut kami hilangkan. Kami akan gunakan yang lebih humanis. Tidak setiap hari kami gunakan seragam itu (dinas),”
“Tapi ada seragam putih, batik, olahraga, dan libur bisa pakaian bebas,” jelas Budi Karya Suamadi. (*)