TRIBUN-MEDAN.com – Kubu Ganjar-Mahfud masih tak percaya jika kalah dalam Pilpres 2024. Kekalahan ini sebagai pukulan keras bagi PDIP.
Apalagi PDIP sempat mencatat rekor kemenangan Pilpres selama dua kali berturut-turut. Namun kali ini, dalam pengusungan Ganjar-Mahfud gagal meraih kemanangan.
Bahkan mereka berada di posisi paling terakhir setelah Anies-Muhaimin. Sementara Prabowo-Gibran kokoh di peringkat teratas dengan perolehan di atas 50 persen.
Kegagalan ini membuat sejumlah elit PDIP syok.
Bahkan Capres Ganjar Pranowo tak menyangka suaranya cuma segitu.
“Kamu percaya nggak suara saya segitu?“ kata Ganjar sambil tersenyum saat meninggalkan Posko Pemenangan di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (14/2/2024).
Ketua DPC PDIP Solo FX Rudy mengaku tak menyangka Jawa Tengah yang dulu sebagai ‘kandang banteng’ gagal meraih suara terbanyak.
Suara Prabowo-Gibran unggul di Jawa Tengah yang merupakan basis PDIP. Padahal, Prabowo-Gibran diusung oleh Gerindra, Golkar, PAN, dan Demokrat.
FX Rudy masih belum habis pikir, Ganjar-Mahfud kalah di Solo.
FX Rudy pun mengaku kecewa dengan hasil tersebut, namun dia berupaya keras untuk tegar.
Sesuai data masuk sementara, pasangan calon (paslon) nomor urut satu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar meraup 24.171 suara. Kemudian, Prabowo-Gibran meraih 74.910 suara.
Sedangkan Ganjar-Mahfud mendapatkan 50.887 suara.
“Ya kita menerima hasil quick count dan tetap yang kita tunggu hasil yang sebenarnya keputusan dari real count KPU,” kata FX Rudy, saat di Kantor DPC PDI-P Solo, pada Rabu (14/2/2024).
Meksipun demikian, Rudy mengaku tidak menyangka dengan perolehan suara Prabowo-Gibran yang mengungguli Ganjar-Mahfud di Solo.
“Kita enggak kurang-kurang untuk berjuang, namun kalau hasilnya seperti begini ya kita enggak nyangka lah, karena Solo enggak ada pergerakan, bisa masif begini (suara Prabowo-Gibran),” lanjutnya.
Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo (Istimewa)
Rudy meminta para simpatisan PDI-P dan partai pendukung untuk tidak larut dengan kondisi ini.
“Tapi ya harus bisa kita terima. Enggak perlu ada yang stres namun kita tunggu real count-nya dari KPU,” katanya.
“Kita melihat di TPS, di lapangan ya sudah. Kita banyak menang, ada yang kalah, banyak menang atau yang kalah ya sudah.”
“Pergerakan mereka terus terstruktur sistematik dan masif. Namun operasi senyapnya, masuk untuk di Solo,” lanjutnya.
FX Rudy juga mengaku belum berkomunikasi dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengenai hasil sementara hitung cepat tersebut.
Hasto Tuding Pemilu Curang
PDI Perjuangan mengatakan banyak kecurangan yang terjadi di Pilpres 2024. PDI Perjuangan merasa ada kecurangan yang masif sehingga berdasarkan hasil quick count pasangan Prabowo-Gibran unggul telak.
Hal ini kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto menanggapi hasil hitung cepat Pilpres 2024. Diketahui, dari sejumlah lembaga yang melakukan quick count, pasangan Prabowo-Gibran unggul dengan perbedaan suara cukup besar.
Hasto Kristiyanto menyebut ada banyak kecurangan masif yang terjadi saat Pemilu.
“Para pengamat mengatakan, demokrasi di Indonesia mengalami titik nadir dan terburuk di dalam pelaksanaan pemilu pasca reformasi karena begitu banyak kecurangan masif yang terjadi dari hulu ke hilir,” kata Hasto dalam konferensi persnya pada Rabu (14/2/2024).
Hasto juga menyampaikan, seluruh pihak harus mengikuti tahapan-tahapan penghitungan suara sesuai dengan ketentuan undang-undang.
“Bahwa yang dipakai adalah berdasarkan rekapitulasi yang bersifat penghitungan berjenjang dari TPS ke atas,” ujarnya.
Kemudian, lanjut Hasto, PDIP pun menyoroti sejumlah hal yang terjadi selama proses Pemilu berlangsung, terutama terjadinya banyak kecurangan secara masif dari hulu hingga hilir.
“Kami mencermati terhadap keseluruhan desain kecurangan pemilu yang terjadi yang bersifat dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto (HO)
Karena itu, Hasto menuturkan, PDIP bersama relawan, saksi, dan bekerja sama dengan sejumlah partai koalisi seperti Partai Persatuan Pembangunan atau PPP, Perindo, dan Hanura untuk terus mengumpulkan fakta-fakta kecurangan yang terjadi di lapangan.
“Karena baru kali ini pascareformasi, pemilu diwarnai dengan suatu gerakan Civil Society diikuti oleh gerakan dari perguruan tinggi dan para guru besar secara luar biasa,” ucap Hasto.
“Artinya memang ada suatu persoalan yang sangat fundamental yang berkaitan dengan legitimasi pemilu, baik dari proses maupun dari hasil Pemilu itu sendiri,” tuturnya.
Selain itu, kata Hasto, tim pemenangan Ganjar-Mahfud akan membentuk tim hukum yang melibatkan sejumlah pihak, termasuk para pakar untuk melakukan investigasi forensik melihat seluruh proses pemilu.
Hasto pun menegaskan, hasil quick count tidak bisa dijadikan sebagai patokan. Ia pun juga menyoroti munculnya banyak pertanyaan dengan hasil quick count tersebut.
Jokowi Effect
Keunggulan Prabowo-Gibran dalam hitung cepat disebut dipengaruhi oleh efek Jokowi atau Jokowi efect.
Prabowo-Gibran berhasil unggul telak dari dua lawanny Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin.
Penjelasan itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, dalam dialog KompasTV, Rabu (14/2/2024).
“Tapi pada akhirnya ya memang secara angka kita bisa melihat Jokowi effect ini menjadi sangat besar dengan Pak Prabowo,” jelasnya.
Menariknya, kata Yunarto, tadinya orang menduga Prabowo dan Jokowi akan seperti air dengan minyak jika digabungkan, dan bisa menyebabkan terpisahnya segmen pemilih.
“Walaupun banyak juga segmen-segmen yang menurut saya tidak bisa menerima keberadaan sosok Jokowi dengan Prabowo, yang menyebabkan masih ada yang memilih 03 bahkan 01.”
Dalam dialog tersebut, Yunarto juga menjawab pertanyaan tentang apakah pasangan Prabowo-Gibran mendominasi perolehan suara di semua provinsi pada pemilu kali ini.
“Kalau kita lihat sebaran data, walaupun baru sekitar 60 persen masuk data, hampir keseluruhannya setiap provinsi dikuasai oleh 02, dengan angka di atas 50 persen.”
“Termasuk ketika berbicara daerah kekuasaan atau base voter traditional, daerah tradisional yang dulu misalnya kita melihat Bali dikuasai oleh pasangan dari PDI Perjuangan misalnya, Jawa Tengah,” jelasnya.
Menurut Yunarto, ada tarik menarik di antara pasangan 02 dan 03, yakni sosok yang menyebabkan base traditional itu menjadi tidak jelas.
“Tapi kan memang yang menarik tarik menarik di antara pasangan 02 dan 03, di situ ada satu sosok yang membuat bagaimana kita menyimpukkan mana yang daerah base traditional itu menjadi blur.”
“Pak Jokowi masih memegang KTA PDI Perjuangan, dan image merah itu juga ada di Pak Jokowi. Di situ saling memengaruhi,” ucapnya.
Yunarto bahkan menyebut ada yang mengatakan Jokowi ditopang oleh PDI Perjuangan, tapi ada yang mengatakan PDI Perjuangan dua kali menang di pemilu ditopang oleh sosok Jokowi.
“Jadi ketika Jokowi menempatkan anaknya langsung, dengan simbol ini kan yang ekstrem ya menurut saya, meskipun tidak secara eksplisit mengatakan deklarasi, di situlah menurut saya kemudian penggerogotan terjadi dari sisi image.”
(*/tribun-medan.com)
News Related-
Nadzira Shafa Nyanyi Lagu Baru, Lirik Rakit Soundtrack Film 172 Days, Ceritakan Kisah Cintanya dengan Amer Azzikra
-
Cara Menukarkan Valas dan Informasi Kurs Dollar-Rupiah di BCA, Selasa (28/11)
-
Ganjar Disindir Halus Kepala Suku di Merauke soal Kondisi Jalan
-
BREAKING NEWS - Diduga Depresi,Pemuda di Kubu Raya Nekat Akhiri Hidup Dengan Cara Tak Wajar
-
Tertarik Ubah Avanza Jadi VW Kodok? Segini Biayanya
-
Bukan Gabung Barito,Sosok di Luar Dugaan Eks Persija Membelot ke Rival Dewa United,Anak Dewa Cek
-
Pesan Mahfud ke Anak Muda Aceh: Semua Akan Sukses karena RI Kaya, Jangan Hedon
-
Apakah Hantu Itu Nyata? Berikut Penjelasan Ilmiahnya
-
Rajin Beri Bonus dan Ajak Jalan-jalan,Bos Tak Menyangka Lihat Isi Grup WA Karyawan,Semua Dipecat
-
Pimpinan KPK Kaget Kasus Korupsi SYL Ternyata Sudah Dilaporkan Sejak 2020, 3 Tahun Dibiarkan Mangkrak
-
Isyarat Rasulullah Tentang Penaklukan Romawi dan Mesir
-
Istana Ingatkan Pasangan Anies-Muhaimin, Ada Kesepakatan Politik Terkait UU IKN
-
Anak Kiky Saputri Unboxing Bingkisan Ulang Tahun Ke-2 Rayyanza
-
Ragam Keris dan Senjata Pusaka di Museum Pusaka TMII