4 Keanehan Kematian Brigadir RAT: Indra Pratama Bantah Jadi Bos Korban,Tapi Warga Ungkap Fakta Beda
TRIBUNJAKARTA.COM – Terdapat 4 kejanggalan dalam kematian anggota Satlantas Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomi atau Brigadir RAT.
Diketahui Brigadir RAT ditemukan tewas setelah bunuh diri di dalam mobil Toyota Alphard di area rumah seorang pengusaha bernama Indra Pratama, di Jalan Mampang Prapatan IV, Kelurahan Tegal Parang, Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (25/4/2024).
Brigadir RAT, bunuh diri dengan cara menembakkan pistol ke arah kepalanya, Kamis (25/4/2024) sore.
Peluru yang ditembakkan kemudian menembus ke pelipis kepala bagian kanan menuju pelipis kiri.
Setelah itu, peluru bergerak ke atas dan melubangi atap mobil.
Penelusuran TribunJakarta, ternyata terdapat 4 hal yang janggal dalam kematian Brigadir RAT, berikut daftarnya:
1. Istri Bilang Jadi Ajudan, Tapi Kata Polisi Sedang Cuti
Istri Brigadir RAT, Novita menyebut suaminya tinggal di Jakarta lantaran bertugas sebagai ajudan seorang pengusaha sejak tahun 2022.
“Dia BKO, dari tahun 2022,” kata Novita di Minahasa, Sulawesi Utara, Sabtu (27/4).
“Ada, bapak pengusaha,” kata Novita saat ditanya siapa yang dikawal oleh Ridhal.
Namun, ia tidak mau mengungkapkan identitas pengusaha tersebut.
“(Cukup) cuma sampai di situ,” katanya.
Almarhum sering pulang ke Manado bertemu dengan keluarga tiga bulan sekali.
Namun, lebaran tahun 2024 Brigadir Ridhal tidak pulang ke Manado.
“Jadi Ali keluar rumah pergi ke Jakarta bulan Maret sebelum puasa dan dia tidak pulang sampai selesai lebaran,” tutur Novita.
Kata Novita, semua keluarga sempat meminta Brigadir RAT untuk kembali ke Manado.
Namun karena masih ada tugas di Jakarta sehingga permintaan itu tidak dikabulkan.
“Saya sempat minta pulang dulu ke Manado, cuma katanya masih ada tugas jadi belum bisa pulang, hingga kemudian keluarga di Manado mendapat kabar bahwa suaminya telah tewas,” cerita Novita.
Keterangan berbeda disampaikan oleh pihak kepolisian, menurut Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal, korban datang ke Jakarta karena ada urusan keluarga.
“Sedang izin cuti untuk berkunjung ke rumah kerabat,” kata Kombes Ade.
2. Pemilik Rumah Simpang Siur
Sosok Brigadir Ridhal Ali Tomi dan detik-detik kematian Ridhal di dalam mobil Alphard di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. (Istimewa)
Rumah yang menjadi saksi bisu kematian Brigadir RAT disebut milik Politisi Partai Golkar sekaligus mantan Menteri Perindustrian di Kabinet Indonesia Bersatu, Almarhum Fahmi Idris.
Namun, dua tahun belakangan disewakan ke orang lain.
Hal itu dikonfirmasi oleh salah seorang sekuriti di salah cluster bernama Suryani.
Dia membenarkan, rumah itu milik mantan Menteri Perindustrian era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Iya rumah Fahmi Idris,” kata Suryani saat ditemui di lokasi, Sabtu (27/4/2024).
Suryani menerangkan, rumah itu dikontrakan ke seseorang.
Namun, Suryani tak mengetahui secara detail identitas pengontraknya.
Suryani mendapatkan informasi itu usai bertanya secara langsung ke mantan sekuriti yang berjaga di rumah tersebut.
“Saya tanya belum lama. ‘Pak ini dikontrak apa di jual?’. Dikontrak selama empat tahun,” kata Suryani menirukan kembali.
“Saya ngomong baru kemaren sama sekuritinya,” dia menambahkan.
Suryani mengatakan, warga di sekitar tahu betul rumah itu pernah ditinggali oleh almarhum Fahmi Idris.
Karena, waktu meninggal karangan bunga membanjiri rumah tersebut.
“Ada dari ujung sana sampai ujung sana,” ucap dia.
Tapi Indra Pratama, membantah menyewa rumah tersebut.
Dia mengklaim jika rumah mewah tersebut merupakan rumah pribadinya sendiri.
“Rumah saya, rumah saya. Bukan (menyewa),” kata Indra kepada wartawan di depan rumahnya, Sabtu (27/4/2024).
Dia membenarkan jika Brigadir RAT memang sempat berkunjung dan tinggal di rumahnya tersebut selama sepekan sebelum tewas.
Namun dia menyebut jika kedatangan Brigadir RAT hanya untuk menjalin silaturahmi.
“Oh engga dia baru seminggu berkunjung di sini ya. Dia tujuannya ke sini untuk silaturahmi, tidak lebih dan tidak kurang,” ungkapnya.
Indra Pratama membantah kalaun Brigadir RAT adalah ajudannya.
Selain pengusaha, belakangan terungkap bahwa Indra Pratama juga adalah Ketua Gibran Center Jawa Timur.
Hal tersebut berdasarkan selembar kertas promosi yang diberikan warga setempat ke wartawan yang sedang meliput di depan TKP.
3. Indra Pratama Bantah Brigadir RAT Ajudannya Tapi Tetangga Ungkap Fakta Berbeda
Indra Pratama, mengaku mengenal Brigadir RAT.
Dia menyebut mengenal korban saat dirinya berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara (Sulut) untuk urusan pekerjaan.
“(Kenal) pada saat saya datang ke Manado. Ya urusan pekerjaan ya. Saya lupa tahunnya. Intinya itu aja,” kata Indra kepada wartawan, Sabtu (27/4/2024).
Namun, dia membantah jika menjadikan korban sebagai pengawalnya. Dia tak memberikan penugasan apapun kepada korban.
“Tidak ada, tidak ada, tidak ada (pengawalan). Memang saya kenal, ya tapi tidak ada penugasan apa pun,” ucapnya.
Akan tetapi tetangga yang berada di depan lokasi penembakan berinisial I ungkap fakta berbeda.
Brigadir RAT menurut I sudah bekerja di rumah tersebut bersama bosnya selama 2 tahun terakhir.
Namun, I tak merinci siapa sosok bosnya tersebut.
Dia cuma tahu rumah yang merupakan lokasi kejadian adalah rumah bos dari Brigadir Ridhal.
“Bosnya, rumah bosnya. Dia sopir, sopir kan,” sebut I.
I mengatakan Brigadir Ridhal juga sempat ikut bosnya ke Jawa Timur saat lebaran lalu.
Namun lagi-lagi ia tidak menjelaskan secara pasti siapa bos yang dimaksud.
“Pas lebaran itu dia posisi dia ikut bosnya ke Jawa Timur,” kata dia.
4. Istri Tak Percaya Korban Bunuh Diri Tapi Malah Tolak Autopsi
Novita yakin betul suaminya tidak mungkin bunuh diri.
Pasalnya sang suami merupakan sosok yang mencintai anak-anaknya.
“Dia sayang anak-anak, tidak mungkin berbuat seperti itu,” ujar Novita.
Diceritakan Novita, ia baru mengetahui Brigadir Ridhal tewas ketika bos suaminya memberi tahu kabar tersebut.
“Bosnya yang telepon katanya Ali bunuh diri di dalam mobil. Saya kaget tapi sampai saat ini kami keluarga tidak percaya,” lanjut dia.
Karena tak percaya, Novita sampai meminta bukti kalau suaminya sudah tiada
Namun, bosnya enggan memberi bukti karena alasan tak mau Novita syok.
Tapi Wakasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Henrikus Yossi menuturkan pihak keluarga menolak jasad Brigadir RAT diautopsi.
“Keluarga menegaskan bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan otopsi jenazah,” papar Yossi di RS Polri Kramat Jati, Sabtu (28/4/2024) malam.
Yossi mengatakan, karena keluarga menolak untuk diotopsi, dokter forensik hanya melakukan pemeriksaan luar terhadap jenazah RAT.
“Jadi hanya dilakukan pemeriksaan visum et repertum atau pemeriksaan luar tanpa otopsi,” ucap dia.
Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News